BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Meningkatkan mutu pendidikan adalah
menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi
guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah
orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru
SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode
pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya,
namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi
pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya
semua.
Menurut pengamatan penulis, dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan model pembelajaran yang bervariatif
masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada
setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya
penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan
terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum KTSP.
Kurikulum KTSP yang mulai
diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang
berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa.
Untuk itu guru perlu meningkatkan
mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan
memperhatikan tujuan, karakteristik
siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses
pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya
tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak
optimal. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya minat siswa pada mata pelajaran
tematik dikelas II SD N 2 KADIPIRO, Kabupaten Bantul Yogyakarta, hal ini
disebabkan oleh kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang kurang baik.
Untuk mengetahui mengapa minat siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru
perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan
siswa dalam pelajaran tematik II.
Tantangan guru dalam mengajar akan
semakin kompleks. Siswa saat ini cenderung mengharapkan gurunya mengajar dengan
lebih santai dan menggairahkan. Persoalannya adalah guru sering kali kurang
memahami bentuk-bentuk metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
mengajar. Ketidakpahaman itulah membuat banyak guru secara praktis hanya
menggunakan metode konvensional, sehingga banyak siswa merasa jenuh, bosan atau
malas mengikuti pelajaran.
Masih cukup banyak guru yang memakai
metode konvensional dalam melaksanakan pembelajaran. Tentu metode konvensional
tersebut bukan satu kesalahan, tetapi kalau terus-menerus dipakai maka dapat
dipastikan suasana pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya guru mengembangkan metode pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran, terlebih lagi jika dikaitkan dengan upaya
meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran tematik.
Pembelajaran tematik pada tingkat
satuan Sekolah Dasar pada dasarnya diarahkan pada pembelajaran yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Karena siswa kelas II cenderung belum bisa
untuk berfikir lebih luas/abstrak sehinggga perlu pembelajaran yang menggunkan
suatu tema tertentu dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran agar anak lebih
mudah menangkap materi yang disampaikan, sehingga apa yang disampikan guru bisa
bermakna dan mudah diingat oleh siswa.
Berdasarkan pengamatan diketahui
bahwa guru kelas melaksanakan pembelajaran konvensional/klasikal tanpa
mengembangkannya. Dari metode tersebut, siswa merasa jenuh, tidak bergairah dan
bosan mengikuti pelajaran. Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa
dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru
mencari alternatif-alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas, dan salah satu yang dimaksud
dalam hal ini adalah metode pembelajaran talking stick.
Pada prinsipnya, metode talking stick
merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan
aktif siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dilaksanakan guru
dengan berbagai pendekatan. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru menggunakan
media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan talking stick. Talking stick
dapat dilakukan di sela-sela atau akhir pembelajaran. Setelah guru menjelaskan
materi pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan penghafalan materi dengan
terlebih dahulu menetapkan lamanya waktu yang dibutuhkan sampai talking stick
akan dilaksanakan. Setelah hal tersebut dilakukan, maka guru dan siswa memulai
talking stick. Guru terlebih dahulu memberikan tongkat kepada salah satu siswa
secara acak, setelah itu guru dan siswa secara bersama menyanyikan lagu
tertentu sambil menyerahkan tongkat dari siswa pertama ke siswa lainnya, begitu
hingga lagu dinyatakan berhenti oleh guru dengan tanda-tanda tertentu yang
telah disepakati.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
alasan utama pemilihan metode talking stick karena selama proses pembelajaran
berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu
beberapa saat untuk menghafal materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung.
Mengingat dalam talking stick, hukuman (punishmen) dapat diberlakukan, misalnya
siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif
dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan
metode talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang
dilakukan dalam bentuk permainan.
B.
Identifikasi Masalah
Proses belajar mengajar adalah fenomena
yang kompleks. Segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran, tindakan,. Model pembelajaran talking
stick merupakan model
pembelajaran yang tepat untuk di terapakan pada pelajaran tematik II, dikarenakan cara penyajian pelajaran dengan melakukan
suatu permainan, sehingga akan
menimbulkan minat anak dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan
siswa kelas II masih bersifat kekanak-kanakan dan masih suka bermain. Sehingga
akan mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang disampikan oleh seorang
guru dan tujuan pembelajaran akan tercapai.
Penulis merasa yakin bahwa landasan
teori model pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran tematik II di Sekolah Dasar.
Lingkungan yang mendukung dan proses pembelajaran yang menyenangkan dapat
menciptakan serta meningkatkan minat siswa SD untuk belajar. Sehingga
keluhan-keluhan seperti bosan, jenuh, kurang menyenangkan dan tidak menarik
yang selama ini sering didengungkan dari siswa dalam proses pembelajaran tematik
II dapat teratasi melalui model pembelajaran ini.
C.
Batasan masalah
Mengetahui pengaruh
penerapan metode demonstrasi terhadap motivasi siswa dalam pelajaran IPA di SD
kelas V.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka
rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah : Apakah dengan metode TALKING STICK dapat
meningkatkan motivasi pembelajaran tematik kelas II di SDN 2 Kadipiro,
Kabupaten Bantul?
E.
Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah dengan metode demonstrasi
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD dalam pembelajaran IPA?
2. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD
dalam pelajaran IPA?
3.
F.
Manfaat
Manfaat bagi
siswa :
a)
siswa
lebih mudah memahami apa yang disampikan oleh seorang guru serta meningkatkan
ketrampilan dan kreatifitas siswa.
b)
Siswa lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
c)
pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dan bermakna
dalam diri siswa.
Manfaat bagi guru :
a)
Guru memperoleh informasai
tentang mengajar tematik menggunakan metode talking stick.
b)
Meningkatkan kemampuan guru
dalam mengajar
c)
Guru mengetahui tentang
kekurangan dalam mengajarnya.
d)
Menambah pengetahuan guru dalm
mengajar.
Manfaat bagi Sekolah :
a)
Menambah daftar pustaka
disekolah
b)
Ikut memajukan sekolah demi
tercapainya proses belajar mengajar yang efektif.
BAB II
kajian Pustaka
- deskriptif
teori
1.
Pengertian Belajar
Belajar
merupakan suatu kegiatan yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia
sehingga tidak ada kata terlambat untuk belajar. Demikian juga pengertian
belajar sudah banyak dikemikakan oleh para ahli dari sudut pandang
masing-masing. Hal ini justru akan menambah cakrawala dan pengetahuan belajar.
Menurut
Morgan (Dalam M. Dalyono 2003:211) mengatakan “belajar adalah setiap perubahan
yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman
Menurut
Rochman Natawijaya (2001:13) mengatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam reaksi dengan
lingkungannya”.
Menurut
Herman Hudoyo (2002:21) mendefinisikan “belajar sebagai perubahan dalam
perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman”
Dari
beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu kegiatan mencari fakta-fakta dengan berbagai macam metode dari pengalaman
individu melalui latihan dengan pendekatan yang konkrit.
2. Motivasi
a.
Pengertian Motivasi
(Motivation)
Menurut
Sumadi Suryabrata ( 1993:70) Motifasi adalah keadaan dalam pribadi orang
yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna
mencapai tujuan tertentu. Tiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang pasti
didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, yang disebut dengan
motivasi.
b. Macam-macam Motivasi
a) Penggolongan berdasarkan atas terbentuknya
motifasi dibedakan atas dua macam Menurut Sumadi Suryabrata ( 1993:71), yaitu :
Ø Motifasi bawaan
Motivasi bawaan sejak lahir, jadi tanpa dipelajari misalnya dorongan untuk
makan dan minum.
Ø Motivasi yang dipelajari
Motivasi yang timbul karena dipelajari, misalnya dorongan untuk belajar
sesuatu ilmu pengetahuan.
b) Penggolongan berdasarkan atas jalarannya,
motivasi dibedakan atas dua macam yaitu :
Ø
Motivasi
ekstrinsik
Motivasi yang berfungsi karena adanya rangasangan
dari luar, seperti misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa
sebentar lagi ujian.
Ø
Motivasi
Instrinsik
Motivasi yang berfungsi tidak uasah dirangsang
dari luar. Memang dalam diri individu telah
ada dorongan itu.
3.
PEMBELAJARAN TEMATIK
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran
yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses
latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur
intelektual anak.
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh
Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu
haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
4.
METODE MENGAJAR
Metode mengajar
adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh
seorang guru. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dilakukan oleh
seorang guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran di dalam kelas baik
individu maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dengan
baik oleh siswa. Khusus metode mengajar didalam kelas efektifitas mengajar dipengaruhi
oleh faktor tujuan, situasi dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki
pengetahua secara umum berbagai sifat metode seorang guru akan lebih mudah
menetapkan metode manakah yang paling sesuai untuk situasi dan kondisi pengajaran.
Berdasarkan uraian
diatas maka metode mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi dunia pendidikan
terutama bagi seorang guru yanag akan mengajar anak didiknya.
5.
METODE TALKING STICK
a. Pengertian Metode Talking Stick
Menurut Hamalik (2007:65), berbagai pendekatan dalam pembelajaran
yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: “a)
Pembelajaran penerimaan (reception learning), b) pembelajaran penemuan
(discovery learning), c) pembelajaran penguasaan (mastery learning), dan
d) Pembelajaran terpadu (unit learning).
Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran”.
Sedangkan
untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian
tujuan pembelajaran.
Istilahnya, metode talking stick dapat diartikan sebagai metode
pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang drancang untuk mengukur
tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media
tongkat.
Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick
sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas
berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang
diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan
materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan
pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh
kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua
siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
b.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Talking Stick
Menurut Suherman (2006:84) langkah-langkah pembelajaran talking
stick adalah sebagai berikut:
1)
Guru menyiapkan tongkat.
2)
Guru menyajikan materi pokok.
3)
Siswa menbaca materi lengkap
pada wacana.
4)
Guru mengambil tongkat dan
memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab
pertanyaan dari guru.
5)
Tongkat diberikan kepada siswa
lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya.
6)
Guru membimbing siswa.
7)
Guru dan siswa menarik
kesimpulan
8)
Guru melakukan refleksi proses
pembelajaran, dan
B.
PENELITIAN RELEVAN
1. Upaya meningkatakan aktivitas siswa kelas II SD 92/1 Tanjung Marwo
dalam bidang studi tematik dengan metode talking stick.
C. KERANGKA BERFIKIR
1. Keadaan Awal
Selama penulis melakukan penelitian,
penulis banyak menemukan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Misalnya didalam proses
pembelajaran banyak guru yang belum
menggunakan metode mengajar yang tepat. Sehingga banyak siswa tidak
memperhatikan guru saat menerangkan materi pembelajaran, siswa mengantuk dalam
kegiatan pembelajaran, siswa sering ribut dalam kelas.
2.
Perlakuan
Dari
masalah yang telah ditemukan peneliti, maka tindakan yang akan dilakukan antara
lain :
1.
Melakukan pembelajaran dengan
menggunakan metode talking sticki.
2.
Memotivasi siswa untuk lebih
bersemangat dalam belajar.
3.
Keadaan Akhir
Setelah dilakukan penanganan atau
perlakuan khusus berdasarkan masalah-masalah yang di uraikan di atas, maka
terjadilah perubahan terhadap diri siswa.
Siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran
sehingga lebih fokus terhadap materi yang disampaikan oleh seorang guru dengan
demikian suasana dalam kelas menjadi lebih menarik. Selain itu siswa juga
termotivasi karena dengan penggunaan metode yang menarik menjadikan siswa lebih
tertarik dan juga mmempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
D. HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam
proposal penelitian ini adalah :
“Melalui Model Pembelajaran Talking
Stick” dapat meningkatkan motivasi belajar tematik bagi siswa SD kelas II.
BABA III
METODE PENELITIAN
A. Perencanaan Penelitian
1.
Jenis
Penelitian
Jenis
peneltian yang akan digunakan adalah PTK (Penelitian tindakan Kelas).
2.
Objek
Penelitian
Obyek penelitian yang akan
diteliti adalah Metode TALKING STICK.
3.
Subjek
penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas II SDN 2 Kadipiro, BANTUL, Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan jumlah siswa 29 orang (15 siswa laki-laki
dan 14 siswa perempuan). Pertimbangan mengambil subyek penilitian tersebut
adalah, dimana perkembangan siswa kelas II sangat cocok dengan metode talking
stick dalam pembelajaran tematik. Selain itu kondisi siswa kelas II SDN
Kadipiro berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dan memiliki
karakteristik yang berbeda pula.
4.
Waktu Penelitian
Penelitian ini
akan saya lakukan sekitar bulan maret 2011.
B.
Prosedur
Perencanaan
Penelitian ini akan dilakukan secara bersiklus dengan tindakan yang
dilakukan beranjak dari kondisi awal. Langkah-langkah yang akan kami lakukan
adalah, sebagai berikut;
1.
Perencanaan
Dalam hal ini dijabarkan dalam bentuk perencanaan (rencana) guru sebelum
melakukan suatu tindakan. Rencana ini meliputi;
a. Tujuan
yang akan dicapai dalam proses kegiatan belajar tematik.
b. Kegiatan
yang akan dilakukan dalam proses kegiatan belajar tematik.
c. Menentukan
metode yang ingin dipakai dengan mempertimbangkan kondisi siswa.
d. Menyiapkan
media dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan belajar
e. Menyiapkan
materi yang akan diajarkan
2. Tindakan
Merupakan pelaksanaan
tindakan yang dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar tematik.
Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi siswa dengan model
pembelajaran talking stick meliputi;
a.
Menjalin kebersamaan dan saling memahami.
b.
Memberikan pengalaman kepada siswa tentang pembelajaran
tematik.
c.
Memberikan peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan
pengetahuan mereka kedalam pembelajaran yang lain ke dalam kehidupan mereka.
d.
Memberikan umpan balik atas apa yang mereka lakukan
setelah mereka belajar.
3. Observasi
Observasi
ini dilakukan terhadap proses maupun hasil dari tindakan yang dilakukan guru
terhadap pengaruh yang diperoleh dari hasil / tindakan alat ukur, baik yang
bersifat kualitatif.
4. Refleksi
Refleksi hasil dari tindakan baru
dapat kita peroleh setelah kita melakukan pengukuran terhadap proses maupun
hasil dan tindakan kita. Dari hasil pengukuran itu kita peroleh suatu gambaran
tentang seberapa besar pengaruh tindakan kita untuk meningkatkan motivasi siswa
khususnya dalam belajar tematik. Selain itu kita juga akan dapat menemukan
suatu kekurangan-kekurangan yang ada dan memperoleh poin-poin penting tentang
unsur-unsur penting yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan.
Dengan
demikian, kita dapat melakukan suatu tindakan yang akan kita lakukan pada
siklus kedua, dan selanjutnya sampai benar-benar kita nanti akan memperoleh
hasil yang maksimal dari tindakan atau usaha untuk meningkatakan motivasi
siswa.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan pada
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1.
Lembar observasi guru dan siswa
2.
Pedoman wawancara
3.
Lembar kerja siswa
D. Teknik Pengumpulan Data
1.
Observasi
Dalam
penelitian ini observasi digunakan untuk
mengetahui proses pelaksanaan dan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran
dengan menggunakan metode talking stick. Observasi dilakukan oelh peneliti agar
keobyektifan data aktivitas guru dan siswa dicatat dan direkam untuk melihat
semua hal yang terjadi.
2.
Wawancara
Dalam penelitian ini, metode wawancara
dilakukan terhadap guru yang bersangkutan dan siswa kelas 2 diamabil secara
acak.
3.
Dokumentasi
Studi
dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh, dokumen tersebut
berupa rekaman aktivitas siswa berupa foto.
4.
Test
Test
adalah suatu percobaan yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang harus
dijawab atau perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang
kejiwaan seseorang atau golongan (Abu Ahmadi,2007: 21). Dalam hal ini tes yang
digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk uraian.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk.2006.Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dalyono, Max. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Depdiknas.2000.
Penyempurnaan/Penyesuaian Kurikulum1994
(Suplemen GBPP) Jakarta: Depdiknas.
Hudoyo,
Herman. (2002:21). Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Natawijaya,
Rohman. 2001.Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud.
Ruseffendi. 2005. Pengajaran Matematika Modern. Bandung: Tarsito
Suherman, Erman dan Udin S 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Sutikna. 2005. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VI dalam Menentukan Luas
Permukaan Bangun Ruang SD Sikepan Kabupaten Magelang Semarang:
Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Suyitno,
Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses
Pembelajaran Matematika I. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Winkel,
W.S. 1995. Psikologi Pengajaran.
Jakarta: PT Grasindo.
ada referansi lain gak tentang talking stick??
BalasHapussoalnya skripsi aku belum kelar kie
Assalamualaikum mas...mohon izinnya ya mendownload untuk belajar. Trim's
BalasHapusmaap all baru bis bales, kemarin" blog ini gak bisa di buka.
Hapusyuli: belum ada mba, masih cuma itu aja.
Broor: silahkan, semoga bermanfaat
infonya keren www.propolisjoyoboyoalami.blogspot.com
BalasHapusizin download mas
BalasHapusizin download mas
BalasHapus