Daftar Blog Saya

Mengenai Saya

Jumat, 20 Januari 2012

PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS II MELALUI METODE TALKING STICK


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua.
Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum KTSP.
Kurikulum KTSP yang mulai diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa.
Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan,    karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia.    Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya minat siswa pada mata pelajaran tematik dikelas II SD N 2 KADIPIRO, Kabupaten Bantul Yogyakarta, hal ini disebabkan oleh kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang kurang baik. Untuk mengetahui mengapa minat siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran tematik II.
Tantangan guru dalam mengajar akan semakin kompleks. Siswa saat ini cenderung mengharapkan gurunya mengajar dengan lebih santai dan menggairahkan. Persoalannya adalah guru sering kali kurang memahami bentuk-bentuk metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses mengajar. Ketidakpahaman itulah membuat banyak guru secara praktis hanya menggunakan metode konvensional, sehingga banyak siswa merasa jenuh, bosan atau malas mengikuti pelajaran.
Masih cukup banyak guru yang memakai metode konvensional dalam melaksanakan pembelajaran. Tentu metode konvensional tersebut bukan satu kesalahan, tetapi kalau terus-menerus dipakai maka dapat dipastikan suasana pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya guru mengembangkan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, terlebih lagi jika dikaitkan dengan upaya meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran tematik.
Pembelajaran tematik pada tingkat satuan Sekolah Dasar pada dasarnya diarahkan pada pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Karena siswa kelas II cenderung belum bisa untuk berfikir lebih luas/abstrak sehinggga perlu pembelajaran yang menggunkan suatu tema tertentu dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran agar anak lebih mudah menangkap materi yang disampaikan, sehingga apa yang disampikan guru bisa bermakna dan mudah diingat oleh siswa.
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa guru kelas melaksanakan pembelajaran konvensional/klasikal tanpa mengembangkannya. Dari metode tersebut, siswa merasa jenuh, tidak bergairah dan bosan mengikuti pelajaran. Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari alternatif-alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas, dan salah satu yang dimaksud dalam hal ini adalah metode pembelajaran talking stick.  
Pada prinsipnya, metode talking stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dilaksanakan guru dengan berbagai pendekatan. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru menggunakan media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan talking stick. Talking stick dapat dilakukan di sela-sela atau akhir pembelajaran. Setelah guru menjelaskan materi pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan penghafalan materi dengan terlebih dahulu menetapkan lamanya waktu yang dibutuhkan sampai talking stick akan dilaksanakan. Setelah hal tersebut dilakukan, maka guru dan siswa memulai talking stick. Guru terlebih dahulu memberikan tongkat kepada salah satu siswa secara acak, setelah itu guru dan siswa secara bersama menyanyikan lagu tertentu sambil menyerahkan tongkat dari siswa pertama ke siswa lainnya, begitu hingga lagu dinyatakan berhenti oleh guru dengan tanda-tanda tertentu yang telah disepakati.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan metode talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk menghafal materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat dalam talking stick, hukuman (punishmen) dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan metode talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan.

B.     Identifikasi Masalah       
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran, tindakan,. Model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang tepat untuk di terapakan pada pelajaran tematik II, dikarenakan cara penyajian pelajaran dengan melakukan  suatu permainan, sehingga akan menimbulkan minat anak dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa kelas II masih bersifat kekanak-kanakan dan masih suka bermain. Sehingga akan mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang disampikan oleh seorang guru dan tujuan pembelajaran akan tercapai.
Penulis merasa yakin bahwa landasan teori model pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran tematik  II di Sekolah Dasar. Lingkungan yang mendukung dan proses pembelajaran yang menyenangkan dapat menciptakan serta meningkatkan minat siswa SD untuk belajar. Sehingga keluhan-keluhan seperti bosan, jenuh, kurang menyenangkan dan tidak menarik yang selama ini sering didengungkan dari siswa dalam proses pembelajaran tematik II dapat teratasi melalui model pembelajaran ini.
C.    Batasan masalah
Mengetahui pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap motivasi siswa dalam pelajaran IPA di SD kelas V.

D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah : Apakah dengan metode TALKING STICK dapat meningkatkan motivasi pembelajaran tematik kelas II di SDN 2 Kadipiro, Kabupaten Bantul?  

E.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui apakah dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD dalam pembelajaran IPA?
2.      Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD dalam pelajaran IPA?
3.       
F.     Manfaat
Manfaat bagi siswa :
a)      siswa lebih mudah memahami apa yang disampikan oleh seorang guru serta meningkatkan ketrampilan dan kreatifitas siswa.
b)      Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
c)      pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dan bermakna dalam diri siswa.
Manfaat bagi guru :
a)      Guru memperoleh informasai tentang mengajar tematik menggunakan metode talking stick.
b)      Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar
c)      Guru mengetahui tentang kekurangan dalam mengajarnya.
d)     Menambah pengetahuan guru dalm mengajar.
Manfaat bagi Sekolah :
a)      Menambah daftar pustaka disekolah
b)      Ikut memajukan sekolah demi tercapainya proses belajar mengajar yang efektif.












BAB II
kajian Pustaka

  1. deskriptif teori
1.      Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia sehingga tidak ada kata terlambat untuk belajar. Demikian juga pengertian belajar sudah banyak dikemikakan oleh para ahli dari sudut pandang masing-masing. Hal ini justru akan menambah cakrawala dan pengetahuan belajar.
Menurut Morgan (Dalam M. Dalyono 2003:211) mengatakan “belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman
Menurut Rochman Natawijaya (2001:13) mengatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam reaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Herman Hudoyo (2002:21) mendefinisikan “belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan mencari fakta-fakta dengan berbagai macam metode dari pengalaman individu melalui latihan dengan pendekatan yang konkrit.
2.      Motivasi
a.      Pengertian Motivasi (Motivation)
                  Menurut Sumadi  Suryabrata ( 1993:70)  Motifasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Tiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang pasti didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, yang disebut dengan motivasi.
b.      Macam-macam Motivasi
a)      Penggolongan berdasarkan atas terbentuknya motifasi dibedakan atas dua macam Menurut Sumadi  Suryabrata  ( 1993:71),  yaitu :
Ø  Motifasi bawaan
Motivasi bawaan sejak lahir, jadi tanpa dipelajari misalnya dorongan untuk makan dan minum.
Ø  Motivasi yang dipelajari
Motivasi yang timbul karena dipelajari, misalnya dorongan untuk belajar sesuatu ilmu pengetahuan.
b)      Penggolongan berdasarkan atas jalarannya, motivasi dibedakan atas dua macam yaitu :
Ø  Motivasi ekstrinsik
Motivasi yang berfungsi karena adanya rangasangan dari luar, seperti misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi ujian.
Ø  Motivasi Instrinsik
Motivasi yang berfungsi tidak uasah dirangsang dari luar. Memang dalam diri individu telah  ada dorongan itu.
3.      PEMBELAJARAN TEMATIK
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

4.      METODE MENGAJAR
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran di dalam kelas baik individu maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dengan baik oleh siswa. Khusus metode mengajar didalam kelas efektifitas mengajar dipengaruhi oleh faktor tujuan, situasi dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki pengetahua secara umum berbagai sifat metode seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling sesuai untuk situasi  dan kondisi pengajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka metode mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi dunia pendidikan terutama bagi seorang guru yanag akan mengajar anak didiknya.

5.      METODE TALKING STICK
a.       Pengertian Metode Talking Stick
Menurut Hamalik (2007:65), berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: “a) Pembelajaran penerimaan (reception learning), b) pembelajaran penemuan (discovery learning), c) pembelajaran penguasaan (mastery learning), dan
 d) Pembelajaran terpadu (unit learning). Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran”.
Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran.
Istilahnya, metode talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang drancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat.
Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
b.      Langkah-Langkah Pembelajaran Talking Stick
Menurut Suherman (2006:84) langkah-langkah pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut:
1)      Guru menyiapkan tongkat.
2)      Guru menyajikan materi pokok.
3)      Siswa menbaca materi lengkap pada wacana.
4)      Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru.
5)      Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya.
6)      Guru membimbing siswa.
7)      Guru dan siswa menarik kesimpulan
8)      Guru melakukan refleksi proses pembelajaran, dan

B.     PENELITIAN RELEVAN
1.      Upaya meningkatakan aktivitas siswa kelas II SD 92/1 Tanjung Marwo dalam bidang studi tematik dengan metode talking stick.
C.    KERANGKA BERFIKIR
1.      Keadaan Awal
Selama penulis melakukan penelitian, penulis banyak menemukan kekurangan-kekurangan dalam proses  pembelajaran. Misalnya didalam proses pembelajaran banyak  guru yang belum menggunakan metode mengajar yang tepat. Sehingga banyak  siswa tidak memperhatikan guru saat menerangkan materi pembelajaran, siswa mengantuk dalam kegiatan pembelajaran, siswa sering ribut dalam kelas.
2.      Perlakuan
Dari masalah yang telah ditemukan peneliti, maka tindakan yang akan dilakukan antara lain :
1.      Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode talking sticki.
2.      Memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar.

3.      Keadaan Akhir
Setelah dilakukan penanganan atau perlakuan khusus berdasarkan masalah-masalah yang di uraikan di atas, maka terjadilah perubahan  terhadap diri siswa. Siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga lebih fokus terhadap materi yang disampaikan oleh seorang guru dengan demikian suasana dalam kelas menjadi lebih menarik. Selain itu siswa juga termotivasi karena dengan penggunaan metode yang menarik menjadikan siswa lebih tertarik dan juga mmempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.

D.    HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :
“Melalui Model Pembelajaran Talking Stick” dapat meningkatkan motivasi belajar tematik bagi siswa SD kelas II.








BABA III
METODE PENELITIAN
A. Perencanaan Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Jenis peneltian yang akan digunakan adalah PTK (Penelitian tindakan Kelas).
2.      Objek Penelitian
                Obyek penelitian yang akan diteliti adalah Metode TALKING STICK.
3.      Subjek penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas II SDN 2 Kadipiro, BANTUL, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan jumlah siswa 29 orang (15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan). Pertimbangan mengambil subyek penilitian tersebut adalah, dimana perkembangan siswa kelas II sangat cocok dengan metode talking stick dalam pembelajaran tematik. Selain itu kondisi siswa kelas II SDN Kadipiro berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula.
4.       Waktu Penelitian
Penelitian ini akan saya lakukan sekitar bulan maret 2011.
B.     Prosedur Perencanaan
Penelitian ini akan dilakukan secara bersiklus dengan tindakan yang dilakukan beranjak dari kondisi awal. Langkah-langkah yang akan kami lakukan adalah, sebagai berikut;
1.      Perencanaan
Dalam hal ini dijabarkan dalam bentuk perencanaan (rencana) guru sebelum melakukan suatu tindakan. Rencana ini meliputi;
a.       Tujuan yang akan dicapai dalam proses kegiatan belajar tematik.
b.      Kegiatan yang akan dilakukan dalam proses kegiatan belajar tematik.
c.       Menentukan metode yang ingin dipakai dengan mempertimbangkan  kondisi siswa.
d.      Menyiapkan media dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan belajar
e.       Menyiapkan materi yang akan diajarkan

2.   Tindakan
            Merupakan pelaksanaan tindakan yang dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar tematik. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi siswa dengan model pembelajaran talking stick meliputi;
a.       Menjalin kebersamaan dan saling memahami.
b.      Memberikan pengalaman kepada siswa tentang pembelajaran tematik.
c.       Memberikan peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka kedalam pembelajaran yang lain ke dalam kehidupan mereka.
d.      Memberikan umpan balik atas apa yang mereka lakukan setelah mereka belajar.
3.   Observasi
                 Observasi ini dilakukan terhadap proses maupun hasil dari tindakan yang dilakukan guru terhadap pengaruh yang diperoleh dari hasil / tindakan alat ukur, baik yang bersifat kualitatif.


4.   Refleksi
                 Refleksi hasil dari tindakan baru dapat kita peroleh setelah kita melakukan pengukuran terhadap proses maupun hasil dan tindakan kita. Dari hasil pengukuran itu kita peroleh suatu gambaran tentang seberapa besar pengaruh tindakan kita untuk meningkatkan motivasi siswa khususnya dalam belajar tematik. Selain itu kita juga akan dapat menemukan suatu kekurangan-kekurangan yang ada dan memperoleh poin-poin penting tentang unsur-unsur penting yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan.
                 Dengan demikian, kita dapat melakukan suatu tindakan yang akan kita lakukan pada siklus kedua, dan selanjutnya sampai benar-benar kita nanti akan memperoleh hasil yang maksimal dari tindakan atau usaha untuk meningkatakan motivasi siswa.
C.    Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1.   Lembar observasi guru dan siswa
2.   Pedoman wawancara
3.    Lembar kerja siswa

D.    Teknik Pengumpulan Data
1.   Observasi
Dalam penelitian  ini observasi digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan dan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick. Observasi dilakukan oelh peneliti agar keobyektifan data aktivitas guru dan siswa dicatat dan direkam untuk melihat semua hal yang terjadi.
2.   Wawancara
 Dalam penelitian ini, metode wawancara dilakukan terhadap guru yang bersangkutan dan siswa kelas 2 diamabil secara acak.
3.   Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh, dokumen tersebut berupa rekaman aktivitas siswa berupa foto.
4.   Test
Test adalah suatu percobaan yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang harus dijawab atau perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang kejiwaan seseorang atau golongan (Abu Ahmadi,2007: 21). Dalam hal ini tes yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk uraian.



DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi, dkk.2006.Penelitian Tindakan Kelas.  Jakarta: Bumi Aksara.

Dalyono, Max. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Depdiknas.2000. Penyempurnaan/Penyesuaian Kurikulum1994 (Suplemen GBPP) Jakarta: Depdiknas.

Hudoyo, Herman.  (2002:21). Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Natawijaya, Rohman. 2001.Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud.

Ruseffendi. 2005. Pengajaran Matematika Modern. Bandung: Tarsito

Suherman, Erman dan Udin S 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Sutikna. 2005. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VI dalam Menentukan Luas Permukaan Bangun Ruang SD Sikepan Kabupaten Magelang                           Semarang: Skripsi Universitas Negeri Semarang.

Suyitno,  Amin. 2004.  Dasar-dasar  dan  Proses  Pembelajaran  Matematika  I.  Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Winkel, W.S. 1995. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.




Jumat, 13 Januari 2012

skripsi "UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS BAGI SISWA KELAS V SDN 02 SUMBEREJO WONOSOBO"



 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar para siswa atau sering disebut peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

1
 
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab penuh dalam menjalankan amanat pendidikan. Sekolah merupakan suatu institusi yang dirancang untuk membawa siswa pada proses belajar, di bawah pengawasan guru atau tenaga pendidik profesional. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Setiap proses, apapun bentuknya, memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai hasil yang memuaskan. Begitu pula proses pembelajaran yang diselenggarakan dengan tujuan agar siswa mencapai pemahaman yang optimal terhadap materi yang diajarkan. Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Berbagai usaha juga dilakukan oleh guru untuk meningkatkan minat belajar peserta didiknya agar kompetensi dapat tercapai.
Sebagai seorang pendidik tentunya selalu berusaha dan berharap agar peserta didiknya selalu mengikuti pembelajaran dengan baik, sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Keadaan tersebut dapat juga dikatakan bahwa seorang pendidik berusaha dan mengharapkan minat belajar peserta didik dapat meningkat. Tetapi kenyatannya masih cukup jauh dari apa yang diharapkan, persentase minat belajar siswa masih cukup rendah yaitu sebesar 33,33%. Pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, kebanyakan siswa sangat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran karena kurangnya minat belajar peserta didik pada suatu mata pelajaran. Minat belajar pada pelajaran tentunya dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas dan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mengajar guru berbagai permasalahan yang dapat berpengaruh terhadap minat belajar peserta didik, khususnya pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) antara lain strategi pembelajaran yang digunakan kurang sesuai. Hal ini mengakibatkan peserta didik merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat menyebabkan menurunnya minat belajar. Materi yang dirasa terlalu banyak juga dapat menyebabkan siswa malas untuk mempelajari materi tersebut. Metode yang kurang tepat dan bersifat monoton juga dapat mempengaruhi minat belajar peserta didik. Guru dalam pelaksanaan pembelajarannya terkadang tidak mengunakan media yang menarik, kebanyakan para guru hanya terpacu pada buku-buku. Hal tersebut tentunya dapat mengakibatkan para siswa akan merasa bosan dan menganggap bahwa pelajaran IPS itu membosankan. Dari masalah-masalah di atas masih banyak permasalahan-permasalahan lain yang bisa ditemukan  yang dapat menyebabkan menurunnya minat belajar peserta didik.
Terkait dengan kondisi tersebut, untuk menciptakan suasana belajar yang disukai oleh peserta didik, guru perlu melakukan suatu inovasi-inovasi agar peserta didik dapat lebih antusias dan memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran serta dapat lebih memahami materi ajar yang disampaikan sehingga kompetesi dapat tercapai. Berdasar pada masalah tersebut di atas maka untuk meningkatkan minat belajar siswa menerapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada pembelajaran IPS di kelas V SD.

B.     Identifikasi Masalah
Dengan adanya latar belakang di atas diidentifikasikan berbagai permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
1.      Model pembelajaran yang kurang tepat.
2.      Kurangnya antusias siswa dalam proses pembelajaran IPS.
3.      Penerapan strategi pembelajaran yang kurang tepat.
4.      Materi yang cukup banyak.
5.      Penggunaan metode yang kurang tepat dan bersifat monoton dalam pembelajaran.
6.      Guru dalam menggunakan media masih kurang maksimal dan media yang digunakan kurang menarik.

C.    Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah
1.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan minat belajar IPS di kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo?.
2.      Cara Pemecahan Masalah
Peneliti memilih pemecahan masalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada pembelajaran IPS di kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo dengan tujuan untuk meningkatkan minat siswa. Melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) diharapkan minat siswa dapat meningkat, mampu memahami materi dan aktif mengikuti proses pembelajaran.

D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dalam penelitian adalah untuk meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).

E.     Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya, sebagai bahan acuan dan sumber rujukan pihak-pihak terkait (Dinas Pendidikan, sekolah, dan institusi pendidikan lainnya) dan bermanfaat dalam peningkatan minat belajar siswa khususnya dalam pembelajaran IPS.
2.      Manfaat Praktis
a.       Siswa
Siswa akan memperoleh pengalaman mengikuti pembelajaran IPS yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti proses belajar.
b.      Guru
Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa di kelasnya khususnya dalam pembelajaran IPS. Di samping itu melalui penelitian tindakan kelas ini, guru dapat memperoleh informasi tentang mengajar IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan meningkatkan tugas potensinya.

c.       Sekolah
Untuk menmbah daftar pustaka sekolah, meningkatkan kualitas pembelajaran IPS  dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain.
d.      Peneliti
Menambah pengalaman penulis khususnya dalam penyusunan karya tulis ilmiah.



















 
BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Kajian Teori
1.      Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Sapriya (2009:43) khusus IPS Sekolah Dasar (SD), materi pelajaran dibagi menjadi dua bagian, yaitu materi sejarah dan materi pengetahuan sosial. Materi pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, geografi, ekonomi, dan politik atau pemerintahan sedangkan cakupan materi sejarah meliputi sejarah lokal dan sejarah nasional. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan keterampilan dasar yang akan digunakan dalam kehidupannya serta meningkatkan rasa nasionalisme dari peristiwa masa lalu hingga masa sekarang agar para siswa memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air.
Text Box: 7Menurut Sapriya (2009:19) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah. Menurut Nu’man Soemantri (Sapriya, 2009:11) Pendidikan IPS (PIPS) adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagosis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Gagasan tentang PIPS ini membawa implikasi bahwa PIPS memiliki kekhasan dibandingkan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional bahkan cross-disipliner.
Untuk Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 yang dikatakan oleh Hamid Hasan (Etin Solihatin dan Raharjo, 2008:14), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu. Menurut Martorella (Etin Solihatin dan Raharjo, 2008:14) pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep.  Dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian Pendidikan IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya.
Etin Solihatin dan Raharjo (2008:15) mengemukakan bahwa tujuan dari Ilmu Pendidikan Sosial adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi dan Ekonomi yang bertujuan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap seseorang yang sesuai dengan realitas kehidupan lingkungannya serta membentuk manusia yang memiliki rasa nasionalisme.


2.      Belajar
Menurut Anthony Robbins (Trianto, 2010:15), bahwa belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Sedangkan Jerome Bruner (Trianto, 2010:15), mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Menurut Slavin (Trianto, 2010:16), bahwa belajar sebagai:
Learning is usually defined as achange in an individual caused by experience. Change caused by development (such as growing taller) are not instances of learning). Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such as reflexes and respons to hunger or pain). However, human do so much learning from the day they birth (and some say earlier) that learning ang development are inseparably linked.
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya.
Menurut Trianto (2010:17) belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru. Menurut Watson (Djaali, 2009:86) belajar merupakan proses terjadi refleks atau respons bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut Thorndike (Wina Sanjaya, 2010:115) dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi antara stimulus dan respons. Menurut A. Bandura (Djaali, 2009:93), bahwa belajar itu lebih dari sekedar perubahan perilaku. Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasari oleh pengetahuannya tersebut (Teori Kognitif Sosial).
Hilgard (Wina Sanjaya, 2010:112), belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Gestalt (Wina Sanjaya, 2010:120) menerangkan bahwa belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Menuerut teori medan dikembangkan oleh Kurt Lewin (Wina Sanjaya, 2010:122) yang menganggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah. Menurut Wina Sanjaya (2010:112) belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang menyebabkan munculnya perubahan perilaku seseorang.
Menurut Sugihartono dkk (2007:74) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2005:28) belajar itu bukan menghafal dan bukan pula mengingat melainkan suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Menurut Agus Suprijono (2011:4-5) prinsip belajar adalah perubahan perilaku, proses untuk mencapai tujuan, dan bentuk pengalaman atau hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Slameto (2010:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2010:3-5) :
a.       Perubahan terjadi secara sadar.
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaanya bertambah.
b.      Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dlam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seseorang belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat meulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dengan kapur dan sebagainya. Dengan kecakapan menulis yang dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan dan sebagainya.
c.       Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Perubahan dalam belajar itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan  yang bersifat aktif artinya bahwa belajar itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri
d.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen, artinya bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan berkembang kalu terus dipergunakan atau dilatih.
e.       Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya menetapkan apa yang mungkin akan dicapainya.
f.       Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu sebagai, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang teori dan konsep belajar di atas, bahwa belajar merupakan usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi atau situasi di sekitarnya, termasuk mendapatkan pengertian dan sikap baru. Dengan demikian, terjadi perubahan perilaku yang sebelumnya tidak mengenal/mengerti menjadi mengerti terhadap suatu hal.
3.      Minat
Menurut Slameto (2010:180) minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.  Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.
Crow D. Leater & Crow Alice (Djaali, 2009:121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Menurut Djaali (2009:122) minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu. Menurut John Crites (Djaali, 2009:122), bahwa minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai pada pilihan nilai. Gerungan (Djaali, 2009:122) menyebutkan minat merupakan pengerahan perasaan dan menafsirkan untuk sesuatu hal (ada unsur seleksi). Sedangkan Holland (Djaali, 2009:122) mengatakan, minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat tidak timbul sendirian melainkan ada unsur kebutuhan, misalnya minat belajar.
Minat menurut Djaali (2009:122) memiliki unsur-unsur yaitu afeksi, kesadaran sampai pilihan nilai, pengerahan perasaan, seleksi, dan kecenderungan hati. Djaali (2009:122-124) membagi minat menjadi enam jenis berdasarkan orang dan pilihan kerjanya.
a.                  Realistis, orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfikir kuat, dan seiring sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik dan terampil tetapi kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain.
b.                  Investigatif , tipe ini termasuk orang yang berorientasi keilmuan, umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan asocial, lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja sendirian, selalu ingin tahu, dan kurang menyukai pekerjaan berulang.
c.                  Aristik, orang  aristik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur, bebas, sangat membutuhkan suasana mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan music
d.                 Sosial, tipe ini dapat bergaul, bertanggung jawab, berkemanusiaan, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, menghindari pemecahan masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan perasaan, melatih dan mengajar.
e.                  Enterprising, tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya diri dan umumnya sangat aktif.
f.                   Konvensional, orang konvensional menyukai lingkunga yang sangat tertib, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tetapi menghindari situasi yang tidak menentu.
Berdasarkan beberapa pendapat dan uraian diatas, bahwa minat adalah suatu ketertarikan dan rasa suka terhadap sesuatu  yang diwujudkan melalui partisipasi dan aktivitas tanpa paksaan atau tanpa disuruh orang lain.


4.      Model Pembelajaran Kooperatif
Hamid Hasan (Etin Solihatin dan Raharjo, 2008:4) Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Isjoni (2009:14) pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Slavin (Isjoni, 2009:22) mengemukakan, In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Thompson, et al (Isjoni, 2009:17) mengemukakan, pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Anita Lie (Isjoni, 2009:23) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Stahl (Isjoni, 2009:62) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Sunal dan Haas (Isjoni, 2009:64) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama proses pembelajaran.
Menurut Arends (Trianto, 2010:65-66) pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
b.      Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c.       Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan
d.      Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
Bennet (Isjoni, 2009:60-61) mengemukakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok.
1)      Positif Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
2)      Interraktion Face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.
3)      Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.
4)      Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi mengembangkan kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5)      Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif  adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.
Dari pengertian-pengertian tersebut, bahwa dalam pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur:
a)        Siswa belajar dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 orang untuk efektifitas kelompok dalam belajar. Anggota kelompok yang telalu besar tidak menjamin adanya kerjasama yang efektif.
b)        Setiap anggota kelompok memiliki rasa ketergantungan dalam kelompok, keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh kekompakan anggota-anggota dalam kelompok tersebut.
c)        Diperlukan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, kesadaran tanggung jawab tiap anggota dalam belajar sangat mendukung keberhasilan kelompok.
d)       Terdapat komunikasi tatap muka baik antar anggota dalam kelompok maupun antar kelompok. Adanya komunikasi ini dapat mendorong interaksi positif, sesama siswa dapat saling mengenal, saling menghargai pendapat teman, menerima kelebihan dan kekurangan teman. Siswa saling asah, saling asih dan saling asuh.
e)        Anggota kelompok berlatih untuk mengevaluasi pendapat teman melalui adu argumentasi, belajar menerima hasil evaluasi dari teman sesama anggota kelompok, pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa toleransi pendapat dan bergaul dalam hidup bermasyarakat.
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui pembelajaran kooperatif, disamping diperoleh pencapaian aspek akademik yang tinggi dikalangan siswa, juga bermakna dalam membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dalam hubungannya dengan sesame masyarakat.
5.      Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) atau Pembagian Pencapaian Tim Siswa dikembangkan oleh Slavin, menurut Slavin (Isjoni, 2009:74) STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotifasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Menurut Slavin, (Narulita Yusron, 2005:143) Student Team Achievement Devisions (STAD) adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siwa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat ikut berlangsung mereka tidak boleh saling membantu.
Keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah adanya kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi, saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi maksimal.
Slavin (Isjoni, 2009:74-77) membagi lima tahap belajar kooperatif tipe STAD sebagai berikut :
a.         Tahap penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki .
b.        Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam keja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini  guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. Pada penelitian ini siswa dibagi beberapa kelompok yang anggotanya 4-5 orang.
c.         Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes individual mengenai materi yang telah dibahas.
d.        Tahap perhitungan skor perkembangan individu, hal ini dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya
e.         Tahap pemberian penghargaan kelompok, untuk memberikan penghargaan kelompok terlebih dahulu melakukan perhitungan skor kelompok dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberia penghargaan terhadap kelompok adalah kelompok dengan rata-rata 15 sebagai kelompok baik, kelompok dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok hebat, dan kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super.
Bennet (Isjoni, 2009:60-61) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan kerja kelompok.
1)      Positive Interdependence
Positive Interdependence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
2)      Interaction Face to Face
Yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.
3)      Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.
4)      Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5)      Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan dengan orang lain.
Trianto (2009:71) mengemukakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) terdiri dari beberapa tahap atau fase.  Fase-fase pelaksanaannya pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari enam fase yaitu sebagai berikut.




Tabel 1
Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase
Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa.

Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi.

Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.


Fase 5
Evaluasi


Fase 6
Memberikan penghargaan.

Meyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.


Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.


Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.


6.      Landasan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas V Sekolah dasar
a.      Standar Kompetensi
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.


b.      Kompetensi Dasar
1)        Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
2)        Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
c.       Materi
1)      Jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
a)      Perumusan Dasar Negara
(1)   Sidang Pertama (29 Mei - 1 Juni 1945)
(2)   Sidang Kedua (10 - 17 Juli 1945)
b)      Pembentukan PPKI
c)      Sikap menghargai jasa tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan
2)      Jasa dan peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
a)      Tokoh-tokoh bangsa dalam mempersiapkan kemerdekaan
(1)   Ir. Soekarno, ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator dengan sapaan akrabnya Bung Karno.
(2)   Drs. Muhammad Hatta, ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator. Panggilan akrabnya adalah Bung Hatta.
(3)   Mr. Achmad Soebardjo, merupakan golongan tua pada saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
(4)   Laksamana Tadashi Maeda, seorang Perwira Angkatan Laut Jepang dengan jabatan Wakil Komandan Angkatan Laut Jepang di Jakarta.
(5)   Fatmawati adalah istri Bung Karno, dilahirkan di Bengkulu pada tahun 1923.
(6)   Latif Hendraningrat, seorang pejuang kemerdekaan. Pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Peta (Pembela Tanah Air).
(7)   Chaerul Saleh, seorang aktivis pemuda dalam pergerakan nasional.
(8)   Wikana, aktif dalam organisasi kepemudaan pada masa Jepang.
(9)   Sukarni
b)      Sikap menghargai jasa dan peranan tokoh Pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan

B.     Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPS Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas 5 SDN Bondansari Pekalongan oleh Winarno. Penelitian tersebut terdiri dari tiga siklus dan pada tiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.  Hal ini dapat dilihat dari hasil siklus I yaitu diperoleh rata-rata aktivitas siswa 14,0 dan hasil silkus II diperoleh rata-rata aktivitas 16,9, sedangkan pada siklus III diperoleh rata-rata aktivitas siswa menjadi 21,0. Hasil perkembangan minat belajar siswa dari siklus I diperoreh rata-rata 30, rata-rata minat siswa pada sklus II menjadi 36 dan diperoleh rata-rata minat belajar sebesar 44 pada siklus III. Perkembangan hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 44,4%, siklus II sebanyak 72% dan hasil siklus III sebanyak 88,9% dari jumlah seluruh siswa sebanyak 18.  Kesimpulan dari penelitian ini melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

C.    Kerangka Berfikir
Motivasi dan minat belajar IPS masih rendah diantaranya disebabkan suasana belajar yang kurang menyenangkan sehingga membuat pelajaran IPS dirasa membosankan dan siswa malas untuk mempelajarinya. Minat belajar yang rendah tentunya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, jika minat belajar rendah maka hasil belajar siswa juga rendah. Untuk itu diperlukan strategi pembelajaran yang tepat dan mendukung.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Student Team Achievement Devisions (STAD). STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pada proses pembelajarannya siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siwa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis berlangsung mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang peneliti terapkan dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo. Dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan minat belajar siswa meningkat minimal menjadi 75% dari siswa yang berjumlah 12 dan memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yakni 65. Peningkatan minat belajar ditunjukkan dalam proses pembelajaran yaitu meningkatnya aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

D.    Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi dan diteliti, kebenarannya perlu dibuktikan. Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis tindakannya adalah model pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa Kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo.







 
BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2010/2011 pada bulan April-Oktober 2011.

B.     Subyek dan Obyek Penelitian
1.      Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo yang berjumlah 12 siswa, terdiri dari 6 siswa putra dan 6 siswa putri.
2.      Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah pembelajaran IPS melalui pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).

C.    Prosedur Penelitian

30
 
Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas atau istilah dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR) merupakan sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2009:73), penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan yang dalam pelaksanaannya berupa bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Pada penelitian peneliti menggunakan desain penelitian model Hopkins yang digambarkan pada gambar dibawah ini.

Perencanaan



Refleksi
                                      
Tindakan /
Observasi


                                                               Perbaikan       
                                                                                                Rencana


Refleksi
                                      
Tindakan /
Observasi

                                                                Dan seterusnya
Gambar 1: Spiral penelitian tindakan kelas Hopkins (Suharsimi Arikunto, dkk, 2009:105)

1.      Planning (perencanaan)
Kegiatan planning antara lain sebagai berikut.
a.       Mengidentifikasi masalah.
b.      Perumusan masalah.
c.       Menganalisis penyebab timbulnya masalah.
d.      Merancang strategi pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).
e.       Menyiapkan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, materi, alat evaluasi).
f.       Menyusun kelompok belajar siswa.
2.      Acting (tindakan)
a.       Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan.
b.      Menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).
c.       Melakukan pengamatan terhadap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).
d.      Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala pada saat melakukan tahap tindakan.
3.      Observing (observasi)
a.       Melakukan diskusi dengan guru dan Kepala Sekolah untuk rencana observasi.
b.      Melakukan pengamatan terhadap proses kegiatan belajar mengajar pada pelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).
c.       Mencatat setiap kegiatan dan perubahan (kinerja guru, kinerja siswa, hasil belajar siswa) pada pelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) serta mendokumentasikan perubahan suasana kelas.
d.      Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau temuan-temuan kegitan melalui obsrevasi.
4.      Reflecting (refleksi)
a.       Menganalisis temuan-temuan (perubahan pada siswa, suasana kelas, guru)  pada saat melakukan kegiatan observasi.
b.      Melakukan releksi terhadap minat atau aktivitas belajar siswa.
c.       Melakukan refleksi terhadap aktivitas mengajar guru.
d.      Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk menentukan tindak lanjut kegiatan.
5.      Akhir tindakan
a.       Menganalisis hasil keseluruhan siklus.
b.      Penyusunan laporan penelitian.

D.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru terhadap kelasnya atau kolaborasi antara guru dengan peneliti. Dalam pengelolaan pengajaran di kelas, guru adalah orang yang paling tahu tentang kondisi kelasnya dengan berbagi permasalahannya. Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN 02  Sumberejo Wonosobo agar minat belajar siswa dapat ditingkatkan. Penelitian ini didukung dan atas kerjasama dengan beberapa pihak, yaitu guru sebagai pihak sekolah dan peneliti sebagai pihak peneliti serta kolaborator Ari Wibowo. Dengan ini, diharapkan data yang didapatkan dapat dibuktikan kevalidannya.

E.     Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1.      Observasi
Prabowo (Trianto, 2010: 268) menjelaskan bahwa salah satu kegiatan penting dalam proses pembelajaran adalah pengamatan (observasi). Menurut Sugiyono (2009:203) observasi adalah tehnik pengumpulan data yang tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2009:203) mengemukakan bahwa, observasi adalah suatu proses yang kompleks, tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis.
Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2009:127) observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Metode observasi dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah observasi lapangan untuk mengetahui perilaku masing-masing siswa. Menurut Riyanto (2001:96) observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan.
2.      Dokumentasi foto
Menurut Sugihartono, dkk (2007:163) dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan mengutip. Dokumentasi foto merupakan data yang cukup penting sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi foto sebagai salah satu cara dalam pengumpulan data. Penggunaan dokumen berupa foto ini, dimaksudkan untuk memperoleh rekaman aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi foto memperkuat bukti analisis pada setiap siklus.
3.      Wawancara
Sugihartono, dkk (2007:158) menyatakan, wawancara adalah cara untuk memperoleh data atau keterangan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Sugiyono (2009:194) mengemukakan bahwa, wawancara adalah tehnik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan. Metode wawancara digunakan untuk mengetahui kondisi sekolah maupun kondisi pembelajaran di kelas. Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai minat siswa. Wawancara dengan guru dilakukan sebelum proses pelaksanaan penelitian, sedangkan wawancara dengan siswa dilakukan setelah dilakukan proses pelaksanaan penelitian.
4.      Angket
Sugiyono (2009:199) Angket merupakan salah satu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandai dengan mudah dan cepat. Menurut Sugihartono, dkk (2007:160) angket atau kuisener adalah pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang diselidiki atau responden secara tertulis. Angket dibagikan kepada semua siswa yang mengikuti pembelajaran IPS, yaitu siswa kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo. Data dari angket digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh berdasarkan lembar observasi.

F.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu pada waktu peneliti mengumpulkan data. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, dokumentasi (kamera), lembar angket, catatan lapangan, dan lembar wawancara.



G.    Teknik Analisis Data
1.      Analisis Data
Data yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianalisis dengan analisis deskriptif. Analisa deskriptif kualitatif akan dijadikan metode dalam menganalisa data yang sudah terkumpul. Analisis pada siklus pertama hasilnya akan dipakai untuk kegiatan pada siklus selanjutnya. Jenis data yang diperoleh dan dianalisis ialah data kualitatif yang berupa informasi berbentuk kalimat yang terdiri atas hasil observasi, wawancara, angket, dan catatan-catatan di lapangan.
Penjabaran rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata  nilai pada pembelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
          =

Keterangan: 
  = nilai rata-rata
∑ x = jumlah seluruh skor  (nilai) siswa
N    = banyaknya siswa            

Tabel 2
Klasifikasi Hasil Tes
Skor
Kriteria
81% - 100 %
Baik Sekali
61% - 80%
Baik
41% - 60%
Sedang
21% - 40%
Kurang
≤ 20%
Sangat Kurang
(Dimodifikasi dari Sugiyono, 2009:142-144)
Sedangkan penjabaran rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata hasil observasi selama pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut.
Ρ  =  jumlah siswa yang melakukan
Jumlah siswa
(dimodifikasi dari Trianto. 2010:243)
Sedangkan penjabaran rumus yang digunakan untuk menghitung hasil angket (Rating scale) respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung adalah sebagai berikut.
Persentase Respon siswa:                                                               (Trianto, 2010:243)
Tabel 3
Klasifikasai  Minat Individu

Jumlah Jawaban Suka/Berminat
Kriteria
0-5
Kurang Berminat
6-10
Berminat

Tabel 4
Klasifikasai  Angket Respon
Skor
Kriteria
81% - 100 %
Baik Sekali
61% - 80%
Baik
41% - 60%
Sedang
21% - 40%
Kurang
≤ 20%
Sangat Kurang
(Dimodifikasi dari Sugiyono, 2009:142-144)
2.      Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

H.    Indikator keberhasilan
Keberhasilan ditandai dengan adanya perubahan kearah kebaikan, yaitu adanya peningkatan minat belajar siswa dalam pembelajaran. Siklus ini dihentikan apabila minat siswa pada pelajaran IPS mencapai 75%. Sedangkan hasil belajar siswa dinyatakan tuntas jika 75% dari seluruh siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal 65.











 
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dan setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan. Hasil refleksi dari siklus I digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan siklus II. Sebelum melaksanakan siklus I dilakukan perhitungan data awal yang diambil dokumen guru, yaitu nilai hasil ulangan siswa yang kemudian dijadikan sebagai nilai atau skor dasar siswa. Setiap akhir siklus diadakan kuis untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa terhadap matri yang telah diberikan.
1.         Sebelum ada tindakan (Pra Siklus)

40
 
Sebelum siklus I dilaksanakan, peneliti melakukan wawancara dengan guru, dari hasil wawancara bahwa mata pelajaran IPS kurang diminati siswa sehingga minat belajar menjadi kurang, materi yang cukup banyak serta waktu yang terbatas menjadi beban guru dalam menyampaikan materi. Wawancara dengan siswa juga dilakukan oleh peneliti, dari wawancara diketahui bahwa sebagian siswa kurang begitu suka terhadap mata pelajaran IPS karena materi yang terlalu banyak dan metode pembelajaran serta suasana kelas yang kurang menyenangkan menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang berminat terhadap pembelajaran di kelas. Pembelajaran IPS di kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo menggunakan metode ceramah dan hafalan, hal tersebut menyebabkan minat siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang dan kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, hal tersebut ditunjukkan dengan sikap ramai dan tidak memperhatikan ketika guru meyampaikankan materi. Terdapat beberapa siswa yang hanya mengobrol yang bukan tentang materi yang disampaikan guru atau materi yang seharusnya dipelajari siswa.
a.      Hasil Angket Minat
Hasil angket minat siswa sebelum ada tindakan atau pra silkus sebagaiberikut.
Tabel 5
Hasil Angket Minat Siswa
No
Jumlah Jawaban Suka/Berminat
Kriteria
Berminat
Kurang Beminat
1
2

2
4

3
7

4
6

5
4

6
3

7
2

8
3

9
4

10
6

11
4

12
6

Jumlah
4
8
Persentase 
33.33%
66.67
Kriteria Berminat
Kurang

Berdasarkan hasil angket minat yang diberikan kepada siswa sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD minat siswa dalam pembelajaran sebesar 33,33%, hal tersebut menandakan bahwa minat belajar siswa masih kurang.
b.      Hasil Belajar
Berdasarkan nilai siswa sebelum dilakukannya pembelajaran kooperatif tipe STAD dari jumlah seluruh siswa kelas V SDN 02 Sumberejo yaitu dengan jumlah 12 siswa, 9 siswa atau 75% belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan yang telah mencapai KKM adalah 3 siswa  atau hanya 25% yang telah mencapai KKM. Nilai tertinggi sebelum dilakukan tindakan 70 dan nilai terendah 25. Nilai kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah 65.
Tabel 6
Nilai Awal
No
Nama
Nilai
Tuntas
Belum Tuntas
1
Beny Saputra
65

2
Edi Ari Setiawan
30

3
Ahmad Ilham Solehadin
25

4
Fitri Yuningsih
60

5
Laeli Ngaeliyah
40

6
Melita  Tri Febriani
35

7
Prasetyo Aldi Santoso
65

8
Riyanto
55

9
Saiful
35

10
Solehatun
30

11
Sultonah
45

12
Fia Restiana
70

Jumlah
555
3
9
Persentase
25%
75%
Kriteria
Kurang
Rata-Rata
46,25
Nilai Terendah
25
Nilai Tertinggi
70


2.      Hasil siklus I
a.      Perencanaan
Hasil dari kegiatan perencanaan dalam siklus ini dihasilkan:
1)      Strategi pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment Division).
2)      Sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan pembelajaran STAD.
3)      Media pembelajaran yaitu gambar para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, lembar kerja siswa (LKS) dan lembar kuis (alat evaluasi).
4)      Lembar observasi siswa dan lembar observasi aktivitas guru yang mengacu pada pembelajaran STAD.
5)      Lembar angket minat belajar siswa.
b.      Pelaksanaan Tindakan
1)      Pertemuan I
Pembelajaran IPS pada siklus I guru berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pertemuan pertama, guru memberikan materi tentang Jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan.
a)      Kegiatan pendahuluan:
(1)   Mengecek kesiapan siswa dan menyiapakan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
(2)   Menyanyikan lagu nasional seperti “Garuda Pancasila”
(3)   Membahas isi lagu dengan kegiatan tanya jawab:
(a)  Apa isi lagu tersebut?
(b) ada berapa point yang terkandung dalam pancasila?
(c)  Bagaimana isi pancasila?(siswa secara bersama-sama dan lantang menyebutkan isi pancasila)
(d) Mendeskripsikan isi pancasila bersama-sama!
(4)   Bertanya jawab dengan siswa mengenai tokoh-tokoh yang terlibat dalam perang kemerdekaan
(a)  Siapa saja tokoh pejuang yang kalian ketahui?
(b) Jelaskan hal apa saja yang dilakukan tokoh pejuang tersebut?
(5)   Guru menjelaskan tentang indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta kegiatan yang aka dilakukan
b)      Kegiatan inti:
(1)   Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi, guru:
(a)    Menjelaskan penting usaha dan kerja keras para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.
(b)   Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran yaitu bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru
(c)    Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya mencari informasi dan menjawab pertanyaan guru
(2)   Elaborasi
Kegiatan elaborasi, guru:
(a)    Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok sebanyak  empat siswa.
(b)   Siswa dalam kelompok berusaha untuk mempelajari materi secara bersama-sama kemudian mengerjakan tugas dari guru
(c)    Setiap kelompok mendapatkan tugas berkaitan dengan materi berikut sesuai dengan tugas yang ada dalam LKS 1 yang diberikan kepada setiap kelompok:
Ø  Memberi tugas melakukan studi pustaka secara berkelompok üntuk mencari lembaga-lembaga bentukan Jepang dalam persiapan mencapai kemerdekaan.
Ø  Menugaskan siswa mendiskusikan perlunya perumusan dasar negara bagi Indonesia secara berkelompok
Ø  Menugaskan siswa untuk menuliskan bagaimana cara menghargai para pahlawan.
(d)   Siswa mempresentasikan hasil diskusi (dengan memberikan kesempatan kepada beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi
(e)    Melakukan diskusi kelas yaitu bertanya jawab berkaiatan materi untuk mengecek pemahaman siswa (dengan cara menunjuk beberapa siswa untuk menjawab ataupun memberikan kesempatan secara bebas kepada siswa menjawab pertanyaan dari guru)
(f)    Guru membimbing siswa untuk mengenali tokoh-tokoh yang berperan dalam usaha mempersiapkan kemerdekaan
(3)   Konfirmasi
Kegiatan konfirmasi, guru:
(a)    Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(b)   Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan.
c)      Penutup:
Kegiatan penutup, guru:
(a)    Menyimpulkan materi yang telah dipelajari
(b)   Salam dan doa.
2)      Pertemuan II
Pembelajaran IPS pada siklus I guru berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran Materi pada pertemuan kedua adalah mengenai Proklamasi kemerdekaan Indonesia
a)      Pendahuluan:
(1)   Mengajak siswa bertanya jawab tentang tokoh atau pahlawan yang ada pada gambar
(2)   Menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
(3)   Membahas isi lagu
“Apakah isi lagu Indonesia raya?”
“Siapa pencipta lagu indonesia raya?”
(4)   Menunjuk siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan
(5)   Menjelaskan indikator yang ingin dicapai dan tujuan pembelajaran serta kegiatan yang akan dilakukan.
b)     Kegiatan inti:
(1)   Eksplorasi
(a)    Menjelaskan tentang jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
(b)   Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran untuk bertanya ataupun berpendapat
(c)    Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
(2)   Elaborasi
(a)    Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari empat siswa.
(b)   Siswa dalam kelompok berdiskusi dan memamahami materi bersama, saling mengajari temannya satu kelompok
(c)    Siswa dalam kelompok bekerja sama mengerjakan tugas dari guru untuk memperkuat pemahaman mereka.
(d)   Menulis laporan hasil diskusi kelompok dan mempresentasikan hasil kelompok dan anggota kelompok harus berperan menjadi pembicara semua
(e)    Menanggapi pertanyaan dari guru ataupun kelompok lain
(f)    Diskusi kelas mengamati gambar-gambar peristiwa proklamasi
(g)   Guru menjelaskan tmbahan materi untuk menambah pemahaman siswa.
(3)   Konfirmasi
(a)    Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
(b)   Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
c)      Penutup:
(a)    Menyimpulkan materi
(b)   Memberi motivasi
(c)    Salam dan doa.

3)      Pertemuan III
Pembeljaran IPS pertemuan ketiga dengan materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
a)      Pendahuluan
(1)   Membangkitkan motivasi belajar siswa, guru rnemperlihatkan gambar-gambar tokoh perjuangan, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan sesuai materi
(2)   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya
(3)   Menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran serta kegiatan yang akan dilakukan
b)     Kegiatan inti
(1)   Eksplorasi
(a)    Guru menjelaskan secara singkat sesuai materi
(b)   Mengadakan tanya jawab tentang cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
(c)    Guru menjelaskan cara bersikap menghargai para tokoh perjuangan
(d)   Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
(e)    Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan

(2)   Elaborasi
(a)    Dengan bimbingan guru, siswa mengadakan diskusi tentang cara mengenang tokoh perjuangan kemerdekaan
(b)   Secara bergantian siswa menunjukkan sikap menghargai para tokoh perjuangan
(c)    Siswa bekerja dalam kelompok dengan jumlah anggota kelompok sebanyak empat siswa.
(d)   Menanggapi pertanyaan dari kelompok lain
(e)    Melakukan diskusi kelas
(f)    Guru menjelaskan materi tambahan untuk menambah pemahaman siswa
(3)   Konfirmasi
(a)    Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
(b)   Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
c)      Penutup
(1)   Menyimpulkan materi yang telah dipelajari
(2)   Mengadakan tes tertulis (uji kompetensi)
(3)   Salam dan doa.
c.       Observasi
Kegiatan observasi pada penelitian ini adalah mengamati minat dan hasil belajar siswa.
1)      Minat Siswa
Hasil angket respon terhadap minat siswa terhadap pembelajaran IPS pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 7
Hasil Angket Minat Siswa.
No
Jumlah Jawaban Suka/Berminat
Kriteria
Berminat
Kurang Beminat
1
4

2
5

3
7

4
8

5
6

6
3

7
1

8
2

9
6

10
7

11
4

12
9

Jumlah
6
6
Persentase 
50%
50%
Kriteria Berminat
Sedang

Dari hasil angket minat yang diberikan kepada siswa diperoleh jumlah siswa yang berminat sesuai klasifikasi yang telah ditentukan adalah sebanyak 6 (50%) siswa dan 6 (50%) siswa yang minatnya masih kurang dari jumlah seluruh siswa yaitu 12. Maka pada siklus I kriteria minat siswa sedang.
2)      Hasil Belajar Siswa
Hasil perhitungan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS pada siklus I adalah sebagai berikut:




Tabel 8
Hasil Belajar Siswa
No
Nama
Nilai
Tuntas
Belum Tuntas
1
Beny Saputra
80

2
Edi Ari Setiawan
45

3
Ahmad Ilham Solehadin
35

4
Fitri Yuningsih
75

5
Laeli Ngaeliyah
60

6
Melita  Tri Febriani
50

7
Prasetyo Aldi Santoso
75

8
Riyanto
65
9
Saiful
50

10
Solehatun
55

11
Sultonah
65

12
Fia Restiana
75

Jumlah
730
6
6
Persentase
50%
50%
Kriteria Hasil Belajar
Sedang
Rata-Rata
60, 83
Nilai Terendah
35
Nilai Tertinggi
80

Dari hasil kuis I yang telah diberikan pada siswa diperoleh jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 50% dengan kriteria sedang, yang belum tuntas belajar sebesar 50%, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 35, serta diperoleh rata-rata nilai siklus I sebesar 60,83.
d.      Refleksi
1)      Minat belajar Siswa
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa diperoleh persentase minat pada pra siklus sebesar 33,33% dan meningkat pada siklus I sebesar 50% siswa yang memiliki minat terhadap pembelajaran IPS dengan kriteria sedang. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada 50% siswa yang masih belum memiliki minat belajar tinggi. Hal tersebut dikarenakan siswa masih perlu penyesuaian dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2)      Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penilaian terhadap kuis I yang telah diberikan pada siswa, diperoleh jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 50% atau 6 siswa, yang belum tuntas sebesar 50% atau 6 siswa, nilai tertinggi 80, nilai terendah 35, serta diperoleh rata-rata nilai kuis I sebesar 60, 83. Dari jumlah siswa yang tuntas belajar maka kriteria ketuntasan hasil belajar siswa sedang. Meski sudah menunjukkan peningkatan persentase ketuntasan belajar dari 25% menjadi 50%, namun hasil tersebut masih dirasa belum memuaskan. Hal ini dikarenakan masih kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, belum sepenuhnya siswa aktif dalam diskusi kelompok, serta masih belum optimalnya peran guru dalam membimbing siswa selama pelakanaan diskusi.
Berdasarkan hasil dari refleksi pada siklus I, diperoleh kesimpulan bahwa minat belajar dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Walaupun sudah menunjukkan peningkatan tetapi masih perlu adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa agar memenuhi indicator yang telah ditentukan, untuk itu penelitian dilanjutkan ke siklus II.
2.      Hasil siklus II
a.      Perencanaan
1)        Strategi pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment Division).
2)        Sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan pembelajaran STAD.
3)        Media pembelajaran yaitu gambar para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, lembar kerja siswa (LKS) dan lembar kuis (alat evaluasi).
4)        Lembar observasi siswa dan lembar observasi aktivitas guru yang mengacu pada pembelajaran STAD.
5)        Lembar angket minat belajar siswa.
a.      Pelaksanaan Tindakan
1)      Pertemuan I
Pembelajaran IPS pada siklus II guru berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pertemuan pertama, guru memberikan materi tentang Jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan.
a)      Kegiatan pendahuluan:
(1)   Mengecek kesiapan siswa dan menyiapakan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
(2)   Menyanyikan lagu nasional seperti “Garuda Pancasila”
(3)   Membahas isi lagu dengan kegiatan tanya jawab:
(a)  Apa isi lagu tersebut?
(b) ada berapa point yang terkandung dalam pancasila?
(c)  Bagaimana isi pancasila?(siswa secara bersama-sama dan lantang menyebutkan isi pancasila)
(d) Mendeskripsikan isi pancasila bersama-sama!
(4)   Bertanya jawab dengan siswa mengenai tokoh-tokoh yang terlibat dalam perang kemerdekaan
(a)  Siapa saja tokoh pejuang yang kalian ketahui?
(b) Jelaskan hal apa saja yang dilakukan tokoh pejuang tersebut?
(5)   Guru menjelaskan tentang indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta kegiatan yang aka dilakukan.
b)      Kegiatan inti:
(1)   Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi, guru:
(a)    Menjelaskan penting usaha dan kerja keras para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.
(b)   melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran yaitu bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru
(c)    memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya mencari informasi dan menjawab pertanyaan guru.
(2)   Elaborasi
Kegiatan elaborasi, guru:
(a)    Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok 4 siswa.
(b)   Siswa dalam kelompok berusaha untuk mempelajari materi secara bersama-sama kemudian mengerjakan tugas dari guru
(c)    Setiap kelompok mendapatkan tugas berkaitan dengan materi berikut sesuai dengan tugas yang ada dalam LKS 1 yang diberikan kepada setiap kelompok:
Ø  Memberi tugas melakukan studi pustaka secara berkelompok üntuk mencari lembaga-lembaga bentukan Jepang dalam persiapan mencapai kemerdekaan.
Ø  Menugaskan siswa mendiskusikan perlunya perumusan dasar negara bagi Indonesia secara berkelompok
Ø  Menugaskan siswa untuk menuliskan bagaimana cara menghargai para pahlawan.
(d)   Siswa mempresentasikan hasil diskusi (dengan memberikan kesempatan kepada beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi
(e)    Melakukan diskusi kelas yaitu bertanya jawab berkaiatan materi untuk mengecek pemahaman siswa (dengan cara menunjuk beberapa siswa untuk menjawab ataupun memberikan kesempatan secara bebas kepada siswa menjawab pertanyaan dari guru)
(f)    Guru membimbing siswa untuk mengenali tokoh-tokoh yang berperan dalam usaha mempersiapkan kemerdekaan
(3)   Konfirmasi
Kegiatan konfirmasi, guru:
(a)    Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(b)   Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan.
c)      Penutup:
Kegiatan penutup, guru:
a)      Menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b)      Member motivasi.
c)      Salam dan doa.
2)      Pertemuan II
Pembelajaran IPS pada siklus II guru berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran Materi pada pertemuan kedua adalah mengenai Proklamasi kemerdekaan Indonesia
a)      Pendahuluan:
(1)   Mengajak siswa bertanya jawab tentang tokoh atau pahlawan yang ada pada gambar
(2)   Menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
(3)   Membahas isi lagu
“Apakah isi lagu Indonesia raya?”
“Siapa pencipta lagu indonesia raya?”
(4)   Menunjuk siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan
(5)   Menjelaskan indikator yang ingin dicapai dan tujuan pembelajaran serta kegiatan yang akan dilakukan
b)     Kegiatan inti:
(1)   Eksplorasi
(a)    Menjelaskan tentang jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
(b)   melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran untuk bertanya ataupun berpendapat
(c)    memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
(2)   Elaborasi
(a)    Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok 5-6 orang setiap kelompok
(b)   Siswa dalam kelompok berdiskusi dan memamahami materi bersama, saling mengajari temannya satu kelompok
(c)    Siswa dalam kelompok bekerja sama mengerjakan tugas dari guru untuk memperkuat pemahaman mereka.
(d)   Menulis laporan hasil diskusi kelompok dan mempresentasikan hasil kelompok dan anggota kelompok harus berperan menjadi pembicara semua
(e)    Menanggapi pertanyaan dari guru ataupun kelompok lain
(f)    Diskusi kelas mengamati gambar-gambar peristiwa proklamasi
(g)   Guru menjelaskan tmbahan materi untuk menambah pemahaman siswa.
(3)   Konfirmasi
(a)    Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
(b)   Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
c)      Penutup:
(a)    Menyimpulkan materi
(b)   Memberi motivasi
(c)    Salam dan doa.

3)      Pertemuan III
Pembeljaran IPS pada pertemuan ketiga dengan materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
a)      Pendahuluan
(1)   Membangkitkan motivasi belajar siswa, guru rnemperlihatkan gambar-gambar tokoh perjuangan, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan sesuai materi
(2)   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya
(3)   Menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran serta kegiatan yang akan dilakukan
b)     Kegiatan inti
(1)   Eksplorasi
(a)    Guru menjelaskan secara singkat sesuai materi
(b)   Mengadakan tanya jawab tentang cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
(c)    Guru menjelaskan cara bersikap menghargai para tokoh perjuangan
(d)   melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
(e)    memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan
(2)   Elaborasi
(a)    Dengan bimbingan guru, siswa mengadakan diskusi tentang cara mengenang tokoh perjuangan kemerdekaan
(b)   Secara bergantian siswa menunjukkan sikap menghargai para tokoh perjuangan
(c)    Siswa bekerja dalam kelompok dengan jumlah anggota kelompok sebanyak empat siswa.
(d)   Menanggapi pertanyaan dari kelompok lain
(e)    Melakukan diskusi kelas
(f)    Guru menjelaskan materi tambahan untuk menambah pemahaman siswa
(3)   Konfirmasi
(a)    Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
(b)   Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan.
c)      Penutup
(1)   Menyimpulkan materi yang telah dipelajari
(2)   Mengadakan tes tertulis (uji kompetensi)
(3)   Memberi motivasi
(4)   Salam dan doa

b.      Observasi
Kegiatan observasi pada penelitian ini adalah mengamati minat dan hasil belajar siswa.
1)      Minat Siswa
Hasil angket respon terhadap minat siswa terhadap pembelajaran IPS pada siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel 9
Hasil Angket Minat Siswa.
No
Jumlah Jawaban Suka/Berminat
Kriteria
Berminat
Kurang Beminat
1
6

2
7

3
9

4
8

5
6

6
5

7
5

8
6

9
7

10
8

11
6

12
10

Jumlah
10
2
Persentase 
83.33%
16.67%
Kriteria Berminat
Baik Sekali

Dari hasil angket minat yang diberikan kepada siswa diperoleh jumlah siswa yang berminat sesuai klasifikasi minat yang telah ditentukan adalah 10 (83,33%) siswa dan  2 (16,67%) siswa yang minat belajarnya masih kurang dari jumlah seluruh siswa yaitu 12. Maka pada siklus II kriteria minat siswa adalah baik sekali atau tinggi
2)      Hasil Belajar Siswa
Hasil perhitungan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS pada siklus II adalah sebagai berikut:



Tabel 10
Hasil Belajar Siswa
No
Nama
Nilai
Tuntas
Belum Tuntas
1
Beny Saputra
90

2
Edi Ari Setiawan
65

3
Ahmad Ilham Solehadin
60

4
Fitri Yuningsih
80

5
Laeli Ngaeliyah
70

6
Melita  Tri Febriani
65

7
Prasetyo Aldi Santoso
75

8
Riyanto
70

9
Saiful
55

10
Solehatun
70

11
Sultonah
65

12
Fia Restiana
75

Jumlah
840
10
2
Persentase
83.33%
16.67%
Kriteria Hasil Belajar
Baik Sekali
Rata-Rata
70
Nilai Terendah
55
Nilai Tertinggi
90

Dari hasil kuis II yang telah diberikan pada siswa diperoleh jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 83,33% dengan kriteria baik sekali atau tinggi, yang belum tuntas belajar sebesar 16,67%, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 55, serta diperoleh rata-rata nilai pada siklus II sebesar 60,83.
c.       Refleksi
1)      Minat Siswa
Berdasarkan hasil angket minat yang diberikan kepada siswa diperoleh jumlah siswa yang berminat sesuai klasifikasi minat yang telah ditentukan adalah 10 (83,33%) siswa dan  2 (16,67% ) siswa yang minat belajarnya masih kurang dari jumlah seluruh siswa yaitu 12. Minat pada siklus II telah mengalami peningkatan yang lebih baik dari siklus I. ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah prosentase siswa yang memiliki minat belajar yaitu dari 50% (siklus I) dengan kriteria minat siswa sedang menjadi 83% (siklus II) dengan kriteria minat siswa adalah baik sekali atau tinggi.  Hal tersebut dikarenakan siswa sudah terbiasa menyesuaikan diri dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, disamping itu kinerja guru juga sudah lebih baik lagi.
2)      Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil perolehan siklus II diperoleh jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 83,33% dengan kriteria baik sekali atau tinggi, yang belum tuntas belajar sebesar 16,67%, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 55, serta diperoleh rata-rata nilai pada siklus II sebesar 60,83. Hasil ini lebih baik dari siklus I yag ditunjukkan dengan meningkatnya presentase ketuntasan belajar siswa dari 50% menjadi 83,33%. Hal ini dikarenakan perhatian siswa terhadap penjelasan guru sudah lebih baik, keaktifan siswa selama pembelajaran sudah meningkat dari siklus I, serta kinerja guru sudah lebih baik dari siklus I.
3)      Hasil Wawancara
Berdasarkan dari wawancara dengan siswa yang dilakukan, bahwa sebagian besar siswa menyukai pembelajaran IPS melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut para siswa bahwa belajar dengan bekerja sama dalam kelompok itu menyenangkan dan lebih mudah dalam mempelajarai dan memahami materi yang tentunya dibantu bimbingan guru. Dari rasa suka siswa terhadap pembelajaran IPS maka minat belajar pada mata pelajaran IPS juga meningkat.
Berdasarkan hasil dari refleksi pada siklus II, diperoleh kesimpulan bahwa minat belajar dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan minat dan hasil belajar dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan minat belajar siswa mencapai 83,33% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 75%. Dengan tercapainya indikator keberhsilan tersebut maka penelitian ini dihentikan pada siklus II.

B.     Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari siklus I sampai dengan siklus II sebagai berikut:
1.      Minat Belajar Siswa
Data minat belajar siswa diperoleh dengan memberikan lembar angket kepada siswa. Berikut perkembangan minat belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11
Hasil Minat Belajar Siswa

Keterangan
Berminat
Kurang Berminat

Kriteria Minat
Jumlah
Persentase
Jumlah
Prosentase
Pra Siklus
4
33.33%
8
66.67%
Sedang
Siklus I
6
50%
6
50%
Sedang
Siklus II
10
83.33%
2
16.67%
Baik Sekali/Tinggi


50%
 


83.33%
 


Gambar 2: Grafik Minat Belajar Siswa
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa minat belajar siswa meningkat dari silkus I ke siklus II. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai percaya diri terhadap kemampuanya dalam menyampaikan pendapat (berinisiatif), siswa sudah banyak yang memperhatikan penjelasan guru dan mengikuti pelajaran dengan baik, siswa sudah merespon pertanyaan baik dari guru maupun pertanyaan temannya, siswa sudah mau bertanya pada guru tentang materi yang dianggap kurang jelas, siswa juga mengerjakan sendiri tiap soal yang ada.

2.      Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, peneliti menggunakan kuis yang dibagikan kepada siswa disetiap akhir siklus. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 12
Perkembangan Hasil Belajar Siswa
Siklus
Persentase
Kriteria
Pra Siklus
25 %
Kurang
Siklus I
50%
Sedang
Siklus II
83.33%
Baik Sekali

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan/pra siklus sebanyak 25%, pada siklus I diperoleh 50%, sedangkan pada siklus II sebanyak 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa dari sebelum ada tindakan ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dikarenakan minat belajar siswa semakin lebih baik dari tiap siklusnya, serta guru juga sudah menguasai model pembelajaran koopertaif tipe STAD.
Hasil perolehan ketuntasan belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat disajikan dalam gambar berikut ini.
Gambar 3: Grafik perkembangan ketuntasan belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) dapat meningkatkan minat belajar siswa, dengan meningkatnya minat belajar siswa maka meningkat pula hasil belajar siswa kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo.
3.      Hasil Wawancara
Wawancara dengan guru dilakukan sebeum dilakukan penelitian dan wawancara dengan siswa dilakukan baik sebelum dan sesudah dilakukan penelitian. Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa sebelum dilakukan penelitan dapat disimpulkan bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran IPS masih sangat rendah atau kurang, hal tersebut disebabkan karena materi yang terlalu banyak sedangkan waktu terbatas, terciptanya suasana belajar yang menyenangkan masih kurang. Setelah dilakukan penelitian peneliti melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui apakah minat siswa dapat meningkat siswa mengikuti pelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari wawancara dihasilkan bahwa siswa mulai menyukai pembelajaran IPS melalui strategi pembelajaran STAD, dari hasil wawancara dengan siswa yang dilakukan peneliti maka dapat disimpulkan bahwa rasa suka terhadap pembelajaran IPS meningkat dan dengan adanya rasa suka tersebut maka minat siswa terhadap pembelajaran meningkat setelah dilakukannya strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD.















 
BAB V
SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
A.    Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.         Minat belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment Divisions) berdasarkan pada angket minat mengalami peningkatan dari pra siklus ke siklus I dan siklus I ke siklus II, hal tersebut ditunjukkan dengan kenaikan perolehan persentase minat pada pra siklus sebesar 33,33% dengan kriteria kurang, siklus I sebesar 50% dengan kriteria sedang dan pada siklus II sebesar 83,3% dengan kriteria baik sekali/tinggi.
2.         Minat belajar siswa juga akan berpengaruh pada hasil belajarnya, jika minat siswa meningkat maka hasil belajar juga akan meningkat. Hasil  belajar siswa mengalami peningkatan dari pra siklus ke sklus I dan siklus I ke siklus II, hal tersebut ditunjukkan dengan  perolehan persentase pada pra siklus sebesar 25% dengan kriteria kurang, siklus I sebesar 50% dengan kriteria sedang, dan siklus II diperoleh 83,33% dengan kriteria baik sekali.

B.     Saran

72
 
Berdasarkan hasil penelitian maka dengan kerendahan hati peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1.      Agar minat belajar siswa meningkat maka penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi alternatif untuk digunakan oleh guru dalam pembelajarannya.
2.      Agar pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat meningkat, sebaiknya guru mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

C.    Rekomendasi
Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran dapat digunakan tidak hanya pada mata pelajaran IPS, akan tetapi dapat digunakan untuk pembelajaran bidang studi yang lain dalam rangka meningkatkan minat belajar siswa serta menciptakan pembelajaran yang efektif, bermakna dan menyenangkan.











Daftar Pustaka

Agus Suprijono. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djaali. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Etin Solihatin dan Raharjo. 2008. Cooperatif Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni. 2009. Pembelajaran kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nana Sudjana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung.
Sinar Baru Algensindo
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Slavin, Robert. 2011 (penerjemah: Narulita Yusron. 2005). Cooperatif
Learning Teori, Riset dan Praktik.  Bandung: Nusa Media.
Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi                                             
Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta

Tasrif. 2008. Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.  Yogyakarata. Genta Press.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


Wina Sanjaya. 2010. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Yatim Riyanto. 2001. Metodologi Penelitian. Surabaya: SIC.