|
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar para siswa atau sering disebut peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
|
Sebagai
seorang pendidik tentunya selalu berusaha dan berharap agar peserta didiknya
selalu mengikuti pembelajaran dengan baik, sehingga kompetensi yang diharapkan
dapat tercapai. Keadaan tersebut dapat juga dikatakan bahwa seorang pendidik
berusaha dan mengharapkan minat belajar peserta didik dapat meningkat. Tetapi
kenyatannya masih cukup jauh dari apa yang diharapkan, persentase minat belajar
siswa masih cukup rendah yaitu sebesar 33,33%. Pada saat Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) berlangsung, kebanyakan siswa sangat kurang antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kurangnya minat belajar peserta didik pada
suatu mata pelajaran. Minat belajar pada pelajaran tentunya dapat mempengaruhi
proses belajar mengajar di kelas dan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman mengajar guru berbagai permasalahan yang dapat
berpengaruh terhadap minat belajar peserta didik, khususnya pada pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) antara lain strategi pembelajaran yang digunakan
kurang sesuai. Hal ini mengakibatkan peserta didik merasa jenuh atau bosan
dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat menyebabkan menurunnya minat
belajar. Materi yang dirasa terlalu banyak juga dapat menyebabkan siswa malas
untuk mempelajari materi tersebut. Metode yang kurang tepat dan bersifat
monoton juga dapat mempengaruhi minat belajar peserta didik. Guru dalam
pelaksanaan pembelajarannya terkadang tidak mengunakan media yang menarik,
kebanyakan para guru hanya terpacu pada buku-buku. Hal tersebut tentunya dapat
mengakibatkan para siswa akan merasa bosan dan menganggap bahwa pelajaran IPS
itu membosankan. Dari masalah-masalah di atas masih banyak
permasalahan-permasalahan lain yang bisa ditemukan yang dapat menyebabkan menurunnya minat
belajar peserta didik.
Terkait
dengan kondisi tersebut, untuk menciptakan suasana belajar yang disukai oleh
peserta didik, guru perlu melakukan suatu inovasi-inovasi agar peserta didik
dapat lebih antusias dan memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti proses
pembelajaran serta dapat lebih memahami materi ajar yang disampaikan sehingga kompetesi
dapat tercapai. Berdasar pada masalah tersebut di atas maka untuk meningkatkan
minat belajar siswa menerapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) pada pembelajaran IPS di kelas V SD.
B. Identifikasi
Masalah
Dengan
adanya latar belakang di atas diidentifikasikan berbagai
permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
1.
Model
pembelajaran yang kurang tepat.
2.
Kurangnya
antusias siswa dalam proses pembelajaran IPS.
3.
Penerapan
strategi pembelajaran yang kurang tepat.
4.
Materi
yang cukup banyak.
5.
Penggunaan
metode yang kurang tepat dan bersifat monoton dalam pembelajaran.
6.
Guru
dalam menggunakan media masih kurang maksimal dan media yang digunakan kurang
menarik.
C. Perumusan
Masalah dan Cara Pemecahan Masalah
1. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka
rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dapat meningkatkan minat belajar IPS di kelas V SDN 02 Sumberejo
Wonosobo?.
2. Cara
Pemecahan Masalah
Peneliti
memilih pemecahan masalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) pada pembelajaran IPS di
kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo dengan tujuan untuk meningkatkan minat siswa.
Melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) diharapkan
minat siswa dapat meningkat, mampu memahami materi dan aktif mengikuti proses
pembelajaran.
D. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
perumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dalam penelitian
adalah untuk meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas V SDN 02 Sumberejo
Wonosobo melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions
(STAD).
E. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya,
sebagai bahan acuan dan sumber rujukan pihak-pihak terkait (Dinas Pendidikan,
sekolah, dan institusi pendidikan lainnya) dan bermanfaat dalam peningkatan
minat belajar siswa khususnya dalam pembelajaran IPS.
2. Manfaat
Praktis
a. Siswa
Siswa
akan memperoleh pengalaman mengikuti pembelajaran IPS yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam
mengikuti proses belajar.
b. Guru
Sebagai
bahan masukan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa di kelasnya khususnya
dalam pembelajaran IPS. Di samping itu melalui penelitian tindakan kelas ini,
guru dapat memperoleh informasi tentang mengajar IPS dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan meningkatkan tugas potensinya.
c. Sekolah
Untuk
menmbah daftar pustaka sekolah, meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dan perlu dicoba untuk diterapkan pada
pelajaran lain.
d. Peneliti
Menambah
pengalaman penulis khususnya dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
|
LANDASAN TEORI
A. Kajian
Teori
1. Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut
Sapriya (2009:43) khusus IPS Sekolah Dasar (SD), materi pelajaran dibagi
menjadi dua bagian, yaitu materi sejarah dan materi pengetahuan sosial. Materi
pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, geografi, ekonomi, dan politik
atau pemerintahan sedangkan cakupan materi sejarah meliputi sejarah lokal dan
sejarah nasional. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan
keterampilan dasar yang akan digunakan dalam kehidupannya serta meningkatkan
rasa nasionalisme dari peristiwa masa lalu hingga masa sekarang agar para siswa
memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air.
Menurut
Sapriya (2009:19) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran
di tingkat sekolah dasar dan menengah. Menurut Nu’man Soemantri (Sapriya,
2009:11) Pendidikan IPS (PIPS) adalah penyederhanaan atau adaptasi dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagosis/psikologis untuk
tujuan pendidikan. Gagasan tentang PIPS ini membawa implikasi bahwa PIPS
memiliki kekhasan dibandingkan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin
ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner,
multidimensional bahkan cross-disipliner.
Untuk
Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 yang dikatakan oleh Hamid Hasan (Etin
Solihatin dan Raharjo, 2008:14), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu.
Menurut Martorella (Etin Solihatin dan Raharjo, 2008:14) pembelajaran
Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer
konsep. Dalam pembelajaran IPS siswa
diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan
serta melatih sikap, nilai, moral, dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang
telah dimilikinya. Dengan demikian Pendidikan IPS harus diformulasikan pada
aspek kependidikannya.
Etin
Solihatin dan Raharjo (2008:15) mengemukakan bahwa tujuan dari Ilmu Pendidikan
Sosial adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa
untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan
lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari mata pelajaran Sejarah,
Geografi dan Ekonomi yang bertujuan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan,
sikap seseorang yang sesuai dengan realitas kehidupan lingkungannya serta
membentuk manusia yang memiliki rasa nasionalisme.
2. Belajar
Menurut
Anthony Robbins (Trianto, 2010:15), bahwa belajar sebagai proses menciptakan
hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu
(pengetahuan) yang baru. Sedangkan Jerome Bruner (Trianto, 2010:15),
mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses aktif di
mana siswa membangun (mengonstruk)
pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah
dimilikinya.
Menurut
Slavin (Trianto, 2010:16), bahwa belajar sebagai:
Learning is usually defined as achange
in an individual caused by experience. Change caused by development (such as
growing taller) are not instances of learning). Neither are characteristics of
individuals that are present at birth (such as reflexes and respons to hunger
or pain). However, human do so much learning from the day they birth (and some
say earlier) that learning ang development are inseparably linked.
Belajar
secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui
pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau
karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan
bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan
perkembangan sangat erat kaitannya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan
perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang
baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya.
Menurut Trianto (2010:17) belajar
diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu,
dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari
kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru. Menurut Watson (Djaali, 2009:86) belajar
merupakan proses terjadi refleks atau respons bersyarat melalui stimulus
pengganti. Menurut Thorndike (Wina Sanjaya, 2010:115) dasar terjadinya belajar
adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan karena belajar merupakan proses
pembentukan koneksi antara stimulus dan respons. Menurut A. Bandura (Djaali,
2009:93), bahwa belajar itu lebih dari sekedar perubahan perilaku. Belajar
adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasari oleh pengetahuannya
tersebut (Teori Kognitif Sosial).
Hilgard (Wina Sanjaya, 2010:112),
belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di
dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar
mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi
dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan
yang disadari. Gestalt (Wina Sanjaya, 2010:120) menerangkan bahwa belajar
adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap
pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan.
Menuerut teori medan dikembangkan oleh Kurt Lewin (Wina Sanjaya, 2010:122) yang
menganggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah. Menurut Wina Sanjaya
(2010:112) belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah
proses mental yang menyebabkan munculnya perubahan perilaku seseorang.
Menurut Sugihartono dkk (2007:74) belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan menurut Nana Sudjana
(2005:28) belajar itu bukan menghafal dan bukan pula mengingat melainkan suatu
proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,
kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, dan lain-lain aspek yang ada pada
individu.
Menurut Agus Suprijono (2011:4-5)
prinsip belajar adalah perubahan perilaku, proses untuk mencapai tujuan, dan
bentuk pengalaman atau hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Slameto (2010:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar
menurut Slameto (2010:3-5) :
a. Perubahan
terjadi secara sadar.
Seseorang
yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia
merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia
menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaanya
bertambah.
b. Perubahan
dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
Sebagai
hasil belajar, perubahan yang terjadi dlam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar
berikutnya. Misalnya jika seseorang belajar menulis, maka ia akan mengalami
perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini
berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.
Ia dapat meulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dengan kapur dan
sebagainya. Dengan kecakapan menulis yang dimilikinya ia dapat memperoleh
kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin
catatan-catatan dan sebagainya.
c. Perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Perubahan
dalam belajar itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu
yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan
yang bersifat aktif artinya bahwa belajar itu tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri
d. Perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara.
Perubahan
yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja
tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang
terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen, artinya bahwa
tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya
kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang
begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan berkembang kalu terus
dipergunakan atau dilatih.
e. Perubahan
dalam belajar bertujuan atau terarah.
Perubahan
tingkah laku terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai. Misalnya seseorang
yang belajar mengetik, sebelumnya menetapkan apa yang mungkin akan dicapainya.
f. Perubahan
mencangkup seluruh aspek tingkah laku.
Perubahan
yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu sebagai,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya seorang anak
telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam
keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan lainnya
seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis
sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang
teori dan konsep belajar di atas, bahwa belajar merupakan usaha untuk
menyesuaikan diri terhadap kondisi atau situasi di sekitarnya, termasuk
mendapatkan pengertian dan sikap baru. Dengan demikian, terjadi perubahan
perilaku yang sebelumnya tidak mengenal/mengerti menjadi mengerti terhadap
suatu hal.
3.
Minat
Menurut
Slameto (2010:180) minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri,
semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu
pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal
lainnya. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak
dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.
Crow
D. Leater & Crow Alice (Djaali, 2009:121) mengatakan bahwa minat
berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau
berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri. Menurut Djaali (2009:122) minat adalah perasaan ingin
tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu. Menurut John Crites
(Djaali, 2009:122), bahwa minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari
kesadaran sampai pada pilihan nilai. Gerungan (Djaali, 2009:122) menyebutkan
minat merupakan pengerahan perasaan dan menafsirkan untuk sesuatu hal (ada
unsur seleksi). Sedangkan Holland (Djaali, 2009:122) mengatakan, minat adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat tidak timbul sendirian
melainkan ada unsur kebutuhan, misalnya minat belajar.
Minat
menurut Djaali (2009:122) memiliki unsur-unsur yaitu afeksi, kesadaran sampai
pilihan nilai, pengerahan perasaan, seleksi, dan kecenderungan hati. Djaali
(2009:122-124) membagi minat menjadi enam jenis berdasarkan orang dan pilihan
kerjanya.
a.
Realistis, orang realistis umumnya
mapan, kasar, praktis, berfikir kuat, dan seiring sangat atletis, memiliki
koordinasi otot yang baik dan terampil tetapi kurang mampu menggunakan medium
komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang
lain.
b.
Investigatif , tipe ini termasuk orang
yang berorientasi keilmuan, umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan
asocial, lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada melaksanakannya, memiliki
dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti
(ambiguous), suka bekerja sendirian, selalu ingin tahu, dan kurang menyukai
pekerjaan berulang.
c.
Aristik, orang aristik menyukai hal-hal yang tidak
terstruktur, bebas, sangat membutuhkan suasana mengekspresikan sesuatu secara
individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan music
d.
Sosial, tipe ini dapat bergaul,
bertanggung jawab, berkemanusiaan, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi
pusat perhatian kelompok, menghindari pemecahan masalah secara intelektual,
suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan perasaan, melatih dan
mengajar.
e.
Enterprising, tipe ini cenderung
menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan untuk mencapai tujuan
organisasi, agresif, percaya diri dan umumnya sangat aktif.
f.
Konvensional, orang konvensional
menyukai lingkunga yang sangat tertib, sangat efektif menyelesaikan tugas yang
berstruktur tetapi menghindari situasi yang tidak menentu.
Berdasarkan
beberapa pendapat dan uraian diatas, bahwa minat adalah suatu ketertarikan dan
rasa suka terhadap sesuatu yang
diwujudkan melalui partisipasi dan aktivitas tanpa paksaan atau tanpa disuruh
orang lain.
4. Model
Pembelajaran Kooperatif
Hamid
Hasan (Etin Solihatin dan Raharjo, 2008:4) Pembelajaran kooperatif berasal dari
kata cooperative yang artinya bekerja
bersama dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Isjoni (2009:14) pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling
bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut
Slavin (Isjoni, 2009:22) mengemukakan, In
cooperative learning methods, students work together in four member teams to
master material initially presented by the teacher. Dari uraian tersebut
dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
di mana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah
4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah
dalam belajar.
Thompson,
et al (Isjoni, 2009:17) mengemukakan, pembelajaran kooperatif turut menambah
unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif
siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu
sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan
kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari
campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk
melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya.
Anita
Lie (Isjoni, 2009:23) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah
pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang
terstruktur. Stahl (Isjoni, 2009:62) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong
dalam perilaku sosial. Sunal dan Haas (Isjoni, 2009:64) mengemukakan
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian
strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar
bekerjasama selama proses pembelajaran.
Menurut Arends (Trianto, 2010:65-66) pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa
bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
b. Kelompok
dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c.
Bila memungkinkan, anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan
d.
Penghargaan lebih berorientasi kepada
kelompok dari pada individu.
Bennet (Isjoni, 2009:60-61) mengemukakan ada lima
unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja
kelompok.
1)
Positif Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana
keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
2)
Interraktion Face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa
tanpa adanya perantara.
3)
Adanya
tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.
4)
Membutuhkan
keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi mengembangkan kemampuan
kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5)
Meningkatkan
keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu
tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran
kooperatif adalah siswa belajar
keterampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting
dan sangat diperlukan di masyarakat.
Dari pengertian-pengertian tersebut, bahwa dalam
pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur:
a)
Siswa belajar
dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 orang untuk efektifitas
kelompok dalam belajar. Anggota kelompok yang telalu besar tidak menjamin
adanya kerjasama yang efektif.
b)
Setiap anggota
kelompok memiliki rasa ketergantungan dalam kelompok, keberhasilan kelompok
sangat ditentukan oleh kekompakan anggota-anggota dalam kelompok tersebut.
c)
Diperlukan
tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, kesadaran tanggung jawab tiap
anggota dalam belajar sangat mendukung keberhasilan kelompok.
d)
Terdapat
komunikasi tatap muka baik antar anggota dalam kelompok maupun antar kelompok.
Adanya komunikasi ini dapat mendorong interaksi positif, sesama siswa dapat
saling mengenal, saling menghargai pendapat teman, menerima kelebihan dan
kekurangan teman. Siswa saling asah, saling asih dan saling asuh.
e)
Anggota
kelompok berlatih untuk mengevaluasi pendapat teman melalui adu argumentasi,
belajar menerima hasil evaluasi dari teman sesama anggota kelompok, pada
akhirnya dapat menumbuhkan rasa toleransi pendapat dan bergaul dalam hidup
bermasyarakat.
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa melalui pembelajaran kooperatif, disamping diperoleh
pencapaian aspek akademik yang tinggi dikalangan siswa, juga bermakna dalam
membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dalam
hubungannya dengan sesame masyarakat.
5. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Tipe Student Team Achievement
Divisions (STAD) atau Pembagian Pencapaian Tim Siswa
dikembangkan oleh Slavin, menurut Slavin (Isjoni, 2009:74) STAD merupakan salah
satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotifasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran. Menurut Slavin, (Narulita Yusron, 2005:143) Student Team
Achievement Devisions (STAD) adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang
yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku.
Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh
siwa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat ikut berlangsung
mereka tidak boleh saling membantu.
Keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah adanya kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan
keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota
kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) menekankan pada aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi, saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi maksimal.
Slavin (Isjoni, 2009:74-77) membagi lima tahap
belajar kooperatif tipe STAD sebagai berikut :
a.
Tahap
penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang
harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan
dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan
siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat
menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
.
b.
Tahap kerja
kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang
akan dipelajari. Dalam keja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling
membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami
materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok.
Pada tahap ini guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. Pada penelitian ini siswa
dibagi beberapa kelompok yang anggotanya 4-5 orang.
c.
Tahap tes
individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah
dicapai, diadakan tes individual mengenai materi yang telah dibahas.
d.
Tahap
perhitungan skor perkembangan individu, hal ini dimaksudkan agar siswa terpacu
untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya
e.
Tahap
pemberian penghargaan kelompok, untuk memberikan penghargaan kelompok terlebih
dahulu melakukan perhitungan skor kelompok dengan cara menjumlahkan
masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah
anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor
rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok
super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberia penghargaan
terhadap kelompok adalah kelompok dengan rata-rata 15 sebagai kelompok baik, kelompok
dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok hebat, dan kelompok dengan skor
rata-rata 25 sebagai kelompok super.
Bennet (Isjoni, 2009:60-61) menyatakan ada lima
unsur dasar yang dapat membedakan kooperatif tipe Student Team Achievement
Divisions (STAD) dengan kerja kelompok.
1)
Positive
Interdependence
Positive Interdependence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama
atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan
keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
2)
Interaction
Face to Face
Yaitu
interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.
3)
Adanya
tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.
4)
Membutuhkan
keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi mengembangkan kemampuan
kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5)
Meningkatkan
keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan
terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD) adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan dengan
orang lain.
Trianto (2009:71) mengemukakan pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) terdiri dari beberapa tahap atau fase. Fase-fase pelaksanaannya pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri dari enam fase yaitu sebagai berikut.
Tabel
1
Fase-fase
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase
|
Kegiatan
Guru
|
Fase 1
Menyampaikan
tujuan dan memotifasi siswa.
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan
informasi.
Fase 3
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Fase 4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar.
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan
penghargaan.
|
Meyampaikan
semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Menyajikan
informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan
bacaan.
Menjelaskan
kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Mengevaluasi
hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Mencari
cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
|
6.
Landasan
tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas V Sekolah dasar
a.
Standar
Kompetensi
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat
dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
b.
Kompetensi
Dasar
1)
Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
2)
Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
c.
Materi
1)
Jasa dan
peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
a) Perumusan
Dasar Negara
(1)
Sidang Pertama (29 Mei - 1 Juni 1945)
(2)
Sidang Kedua (10 - 17 Juli 1945)
b) Pembentukan
PPKI
c) Sikap
menghargai jasa tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan
2)
Jasa dan
peranan tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
a) Tokoh-tokoh
bangsa dalam mempersiapkan kemerdekaan
(1)
Ir. Soekarno, ditetapkan
sebagai Pahlawan Proklamator dengan sapaan akrabnya Bung Karno.
(2)
Drs. Muhammad Hatta,
ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator. Panggilan akrabnya adalah Bung
Hatta.
(3)
Mr. Achmad Soebardjo,
merupakan golongan tua pada saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
(4)
Laksamana Tadashi Maeda,
seorang Perwira Angkatan Laut Jepang dengan jabatan Wakil Komandan Angkatan
Laut Jepang di Jakarta.
(5)
Fatmawati adalah istri
Bung Karno, dilahirkan di Bengkulu pada tahun 1923.
(6)
Latif Hendraningrat, seorang
pejuang kemerdekaan. Pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Peta (Pembela
Tanah Air).
(7)
Chaerul Saleh, seorang
aktivis pemuda dalam pergerakan nasional.
(8)
Wikana, aktif dalam
organisasi kepemudaan pada masa Jepang.
(9)
Sukarni
b)
Sikap menghargai jasa dan peranan tokoh
Pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan
B. Kajian
Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Upaya Meningkatkan
Minat dan Prestasi Belajar IPS Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD di Kelas 5 SDN Bondansari Pekalongan oleh Winarno. Penelitian tersebut
terdiri dari tiga siklus dan pada tiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada pelajaran IPS. Hal ini dapat
dilihat dari hasil siklus I yaitu diperoleh rata-rata aktivitas siswa 14,0 dan
hasil silkus II diperoleh rata-rata aktivitas 16,9, sedangkan pada siklus III
diperoleh rata-rata aktivitas siswa menjadi 21,0. Hasil perkembangan minat
belajar siswa dari siklus I diperoreh rata-rata 30, rata-rata minat siswa pada
sklus II menjadi 36 dan diperoleh rata-rata minat belajar sebesar 44 pada
siklus III. Perkembangan hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 44,4%,
siklus II sebanyak 72% dan hasil siklus III sebanyak 88,9% dari jumlah seluruh
siswa sebanyak 18. Kesimpulan dari
penelitian ini melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
C. Kerangka
Berfikir
Motivasi
dan minat belajar IPS masih rendah diantaranya disebabkan suasana belajar yang
kurang menyenangkan sehingga membuat pelajaran IPS dirasa membosankan dan siswa
malas untuk mempelajarinya. Minat belajar yang rendah tentunya dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa, jika minat belajar rendah maka hasil belajar
siswa juga rendah. Untuk itu diperlukan strategi pembelajaran yang tepat dan
mendukung.
Salah
satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Student Team Achievement
Devisions (STAD). STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Pada proses pembelajarannya siswa ditempatkan dalam tim
belajar yang beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat
kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa
bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siwa dikenai kuis tentang materi itu
dengan catatan, saat kuis berlangsung mereka tidak boleh saling membantu. Tipe
pembelajaran inilah yang peneliti terapkan dalam pembelajaran IPS di kelas V
SDN 02 Sumberejo Wonosobo. Dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan
minat belajar siswa meningkat minimal menjadi 75% dari siswa yang berjumlah 12
dan memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yakni
65. Peningkatan minat belajar ditunjukkan dalam proses pembelajaran yaitu
meningkatnya aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
D. Hipotesis
Tindakan
Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi dan diteliti,
kebenarannya perlu dibuktikan. Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis
tindakannya adalah model pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD)
dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa Kelas V SDN 02 Sumberejo
Wonosobo.
|
METODE
PENELITIAN
A. Tempat
dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2010/2011 pada bulan April-Oktober
2011.
B. Subyek
dan Obyek Penelitian
1. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 02
Sumberejo Wonosobo yang berjumlah 12 siswa, terdiri dari 6 siswa putra dan 6
siswa putri.
2. Obyek
Penelitian
Obyek penelitian ini
adalah pembelajaran IPS melalui pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions
(STAD).
C. Prosedur
Penelitian
|
Pada
penelitian peneliti menggunakan desain penelitian model Hopkins yang
digambarkan pada gambar dibawah ini.
Perencanaan
Refleksi
Tindakan /
Observasi
Perbaikan
Rencana
Refleksi
Tindakan /
Observasi
Dan seterusnya
Gambar 1: Spiral penelitian tindakan kelas Hopkins
(Suharsimi Arikunto, dkk, 2009:105)
1.
Planning (perencanaan)
Kegiatan planning antara lain sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi
masalah.
b. Perumusan
masalah.
c. Menganalisis
penyebab timbulnya masalah.
d. Merancang
strategi pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions
(STAD).
e. Menyiapkan
perangkat pembelajaran (silabus, RPP, materi, alat evaluasi).
f. Menyusun
kelompok belajar siswa.
2.
Acting (tindakan)
a. Melaksanakan
langkah-langkah sesuai perencanaan.
b. Menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD).
c. Melakukan
pengamatan terhadap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana pelaksanaan
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).
d. Mengantisipasi
dengan melakukan solusi apabila menemui kendala pada saat melakukan tahap
tindakan.
3.
Observing (observasi)
a. Melakukan
diskusi dengan guru dan Kepala Sekolah untuk rencana observasi.
b.
Melakukan pengamatan terhadap proses
kegiatan belajar mengajar pada pelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement
Divisions (STAD).
c.
Mencatat setiap kegiatan dan perubahan (kinerja guru, kinerja siswa,
hasil belajar siswa) pada pelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Divisions
(STAD) serta mendokumentasikan
perubahan suasana kelas.
d.
Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang
kelemahan-kelemahan atau temuan-temuan kegitan melalui obsrevasi.
4.
Reflecting (refleksi)
a. Menganalisis
temuan-temuan (perubahan pada siswa, suasana kelas, guru) pada saat melakukan kegiatan observasi.
b. Melakukan
releksi terhadap minat atau aktivitas belajar siswa.
c. Melakukan
refleksi terhadap aktivitas mengajar guru.
d. Menganalisis
kelemahan dan keberhasilan guru saat menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif tipe STAD untuk menentukan tindak lanjut kegiatan.
5.
Akhir
tindakan
a. Menganalisis
hasil keseluruhan siklus.
b. Penyusunan
laporan penelitian.
D. Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru terhadap kelasnya
atau kolaborasi antara guru dengan peneliti. Dalam pengelolaan pengajaran di
kelas, guru adalah orang yang paling tahu tentang kondisi kelasnya dengan
berbagi permasalahannya. Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah
dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN 02
Sumberejo Wonosobo agar minat belajar siswa dapat ditingkatkan.
Penelitian ini didukung dan atas kerjasama dengan beberapa pihak, yaitu guru
sebagai pihak sekolah dan peneliti sebagai pihak peneliti serta kolaborator Ari
Wibowo. Dengan ini, diharapkan data yang didapatkan dapat dibuktikan
kevalidannya.
E. Teknik
Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data adalah cara-cara untuk mengumpulkan data dalam suatu
penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1.
Observasi
Prabowo
(Trianto, 2010: 268) menjelaskan bahwa salah satu kegiatan penting dalam proses
pembelajaran adalah pengamatan (observasi). Menurut Sugiyono (2009:203)
observasi adalah tehnik pengumpulan data yang tidak terbatas pada orang, tetapi
juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2009:203)
mengemukakan bahwa, observasi adalah suatu proses yang kompleks, tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikhologis.
Menurut
Suharsimi Arikunto, dkk (2009:127) observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
sasaran. Metode observasi dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah observasi lapangan untuk mengetahui perilaku masing-masing siswa.
Menurut Riyanto (2001:96) observasi adalah mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu
dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan
yang khusus diadakan.
2.
Dokumentasi
foto
Menurut
Sugihartono, dkk (2007:163) dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data
dengan mengutip. Dokumentasi foto merupakan data yang cukup penting sebagai
bukti terjadinya suatu peristiwa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
dokumentasi foto sebagai salah satu cara dalam pengumpulan data. Penggunaan
dokumen berupa foto ini, dimaksudkan untuk memperoleh rekaman aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi foto memperkuat bukti
analisis pada setiap siklus.
3.
Wawancara
Sugihartono,
dkk (2007:158) menyatakan, wawancara adalah cara untuk memperoleh data atau
keterangan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Sugiyono
(2009:194) mengemukakan bahwa, wawancara adalah tehnik pengumpulan data untuk
menemukan permasalahan. Metode wawancara digunakan untuk mengetahui kondisi
sekolah maupun kondisi pembelajaran di kelas. Metode wawancara dalam penelitian
ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai minat siswa. Wawancara dengan
guru dilakukan sebelum proses pelaksanaan penelitian, sedangkan wawancara
dengan siswa dilakukan setelah dilakukan proses pelaksanaan penelitian.
4.
Angket
Sugiyono
(2009:199) Angket merupakan salah satu cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang telah
disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal
mengisi atau menandai dengan mudah dan cepat. Menurut Sugihartono, dkk
(2007:160) angket atau kuisener adalah pengumpul data yang berisi daftar
pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang diselidiki atau responden secara
tertulis. Angket dibagikan kepada semua siswa yang mengikuti pembelajaran IPS,
yaitu siswa kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo. Data dari angket digunakan untuk
memperkuat data yang telah diperoleh berdasarkan lembar observasi.
F. Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian merupakan alat bantu pada waktu peneliti mengumpulkan data. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,
dokumentasi (kamera), lembar angket, catatan lapangan, dan lembar wawancara.
G. Teknik
Analisis Data
1.
Analisis
Data
Data
yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianalisis dengan analisis
deskriptif. Analisa deskriptif kualitatif akan dijadikan metode dalam
menganalisa data yang sudah terkumpul. Analisis pada siklus pertama hasilnya
akan dipakai untuk kegiatan pada siklus selanjutnya. Jenis data yang diperoleh
dan dianalisis ialah data kualitatif yang berupa informasi berbentuk kalimat
yang terdiri atas hasil observasi, wawancara, angket, dan catatan-catatan di
lapangan.
Penjabaran
rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata
nilai pada pembelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebagai berikut:
=
Keterangan:
= nilai
rata-rata
∑
x = jumlah seluruh skor (nilai) siswa
N =
banyaknya siswa
Tabel
2
Klasifikasi
Hasil Tes
Skor
|
Kriteria
|
81% - 100 %
|
Baik Sekali
|
61% - 80%
|
Baik
|
41% - 60%
|
Sedang
|
21% - 40%
|
Kurang
|
≤ 20%
|
Sangat Kurang
|
(Dimodifikasi dari Sugiyono, 2009:142-144)
Sedangkan
penjabaran rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata hasil observasi
selama pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut.
Ρ = jumlah
siswa yang melakukan
Jumlah siswa
(dimodifikasi dari Trianto. 2010:243)
Sedangkan penjabaran rumus yang
digunakan untuk menghitung hasil angket (Rating scale) respon siswa terhadap
proses pembelajaran yang telah berlangsung adalah sebagai berikut.
Persentase
Respon siswa: (Trianto,
2010:243)
Tabel
3
Klasifikasai Minat Individu
Jumlah Jawaban
Suka/Berminat
|
Kriteria
|
0-5
|
Kurang Berminat
|
6-10
|
Berminat
|
Tabel
4
Klasifikasai Angket Respon
Skor
|
Kriteria
|
81% - 100 %
|
Baik Sekali
|
61% - 80%
|
Baik
|
41% - 60%
|
Sedang
|
21% - 40%
|
Kurang
|
≤ 20%
|
Sangat Kurang
|
(Dimodifikasi dari Sugiyono, 2009:142-144)
2.
Penyajian
Data
Data
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
H. Indikator
keberhasilan
Keberhasilan
ditandai dengan adanya perubahan kearah kebaikan, yaitu adanya peningkatan
minat belajar siswa dalam pembelajaran. Siklus ini dihentikan apabila minat siswa
pada pelajaran IPS mencapai 75%. Sedangkan hasil belajar siswa dinyatakan
tuntas jika 75% dari seluruh siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal 65.
|
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dan setiap siklusnya terdiri
dari 2 kali pertemuan. Hasil refleksi dari siklus I digunakan untuk memperbaiki
pelaksanaan siklus II. Sebelum melaksanakan siklus I dilakukan perhitungan data
awal yang diambil dokumen guru, yaitu nilai hasil ulangan siswa yang kemudian
dijadikan sebagai nilai atau skor dasar siswa. Setiap akhir siklus diadakan
kuis untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa terhadap matri yang
telah diberikan.
1.
Sebelum
ada tindakan (Pra Siklus)
|
a. Hasil
Angket Minat
Hasil angket minat siswa sebelum ada tindakan atau
pra silkus sebagaiberikut.
Tabel
5
Hasil Angket
Minat Siswa
No
|
Jumlah Jawaban Suka/Berminat
|
Kriteria
|
|
Berminat
|
Kurang Beminat
|
||
1
|
2
|
√
|
|
2
|
4
|
√
|
|
3
|
7
|
√
|
|
4
|
6
|
√
|
|
5
|
4
|
√
|
|
6
|
3
|
√
|
|
7
|
2
|
√
|
|
8
|
3
|
√
|
|
9
|
4
|
√
|
|
10
|
6
|
√
|
|
11
|
4
|
√
|
|
12
|
6
|
√
|
|
Jumlah
|
4
|
8
|
|
Persentase
|
33.33%
|
66.67
|
|
Kriteria Berminat
|
Kurang
|
Berdasarkan hasil angket minat yang diberikan kepada
siswa sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD minat siswa dalam
pembelajaran sebesar 33,33%, hal tersebut menandakan bahwa minat belajar siswa
masih kurang.
b. Hasil
Belajar
Berdasarkan nilai siswa sebelum dilakukannya
pembelajaran kooperatif tipe STAD dari jumlah seluruh siswa kelas V SDN 02
Sumberejo yaitu dengan jumlah 12 siswa, 9 siswa atau 75% belum mencapai nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan yang telah mencapai KKM adalah 3
siswa atau hanya 25% yang telah mencapai
KKM. Nilai tertinggi sebelum dilakukan tindakan 70 dan nilai terendah 25. Nilai
kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
adalah 65.
Tabel
6
Nilai Awal
No
|
Nama
|
Nilai
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
1
|
Beny
Saputra
|
65
|
√
|
|
2
|
Edi
Ari Setiawan
|
30
|
√
|
|
3
|
Ahmad
Ilham Solehadin
|
25
|
√
|
|
4
|
Fitri
Yuningsih
|
60
|
√
|
|
5
|
Laeli
Ngaeliyah
|
40
|
√
|
|
6
|
Melita Tri Febriani
|
35
|
√
|
|
7
|
Prasetyo
Aldi Santoso
|
65
|
√
|
|
8
|
Riyanto
|
55
|
√
|
|
9
|
Saiful
|
35
|
√
|
|
10
|
Solehatun
|
30
|
√
|
|
11
|
Sultonah
|
45
|
√
|
|
12
|
Fia
Restiana
|
70
|
√
|
|
Jumlah
|
555
|
3
|
9
|
|
Persentase
|
25%
|
75%
|
||
Kriteria
|
Kurang
|
|||
Rata-Rata
|
46,25
|
|||
Nilai Terendah
|
25
|
|||
Nilai Tertinggi
|
70
|
2.
Hasil
siklus I
a. Perencanaan
Hasil dari kegiatan
perencanaan dalam siklus ini dihasilkan:
1)
Strategi pembelajaran yang digunakan
adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievment Division).
2)
Sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang menggunakan pembelajaran STAD.
3)
Media pembelajaran yaitu gambar para
tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, lembar kerja siswa (LKS) dan lembar kuis
(alat evaluasi).
4)
Lembar observasi siswa dan lembar
observasi aktivitas guru yang mengacu pada pembelajaran STAD.
5)
Lembar angket minat belajar siswa.
b.
Pelaksanaan
Tindakan
1) Pertemuan I
Pembelajaran
IPS pada siklus I guru berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada
pertemuan pertama, guru memberikan materi tentang Jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan
kemerdekaan.
a) Kegiatan
pendahuluan:
(1) Mengecek kesiapan siswa dan menyiapakan
siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
(2) Menyanyikan lagu nasional seperti “Garuda Pancasila”
(3) Membahas isi lagu dengan kegiatan tanya
jawab:
(a) Apa isi lagu tersebut?
(b) ada berapa point yang terkandung dalam
pancasila?
(c) Bagaimana isi pancasila?(siswa secara
bersama-sama dan lantang menyebutkan isi pancasila)
(d) Mendeskripsikan isi pancasila
bersama-sama!
(4) Bertanya jawab dengan siswa mengenai tokoh-tokoh yang terlibat dalam perang kemerdekaan
(a) Siapa saja tokoh pejuang yang kalian
ketahui?
(b) Jelaskan hal apa saja yang dilakukan tokoh
pejuang tersebut?
(5) Guru menjelaskan tentang indikator dan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta kegiatan yang aka dilakukan
b) Kegiatan
inti:
(1)
Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi, guru:
(a)
Menjelaskan
penting usaha dan kerja keras para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.
(b)
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
yaitu bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru
(c)
Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya mencari
informasi dan menjawab pertanyaan guru
(2) Elaborasi
Kegiatan elaborasi, guru:
(a)
Guru
membentuk kelas menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok sebanyak
empat
siswa.
(b)
Siswa
dalam kelompok berusaha untuk mempelajari materi secara bersama-sama kemudian
mengerjakan tugas dari guru
(c)
Setiap
kelompok mendapatkan tugas berkaitan dengan materi berikut sesuai dengan tugas
yang ada dalam LKS 1 yang diberikan kepada setiap kelompok:
Ø
Memberi
tugas melakukan studi pustaka secara berkelompok üntuk mencari lembaga-lembaga
bentukan Jepang dalam persiapan mencapai kemerdekaan.
Ø
Menugaskan
siswa mendiskusikan perlunya perumusan dasar negara bagi Indonesia secara
berkelompok
Ø
Menugaskan
siswa untuk menuliskan bagaimana cara menghargai para pahlawan.
(d)
Siswa
mempresentasikan hasil diskusi (dengan memberikan kesempatan kepada beberapa
kelompok mempresentasikan hasil diskusi
(e)
Melakukan
diskusi kelas yaitu bertanya jawab berkaiatan materi untuk mengecek pemahaman
siswa (dengan cara menunjuk beberapa siswa untuk menjawab ataupun memberikan
kesempatan secara bebas kepada siswa menjawab pertanyaan dari guru)
(f)
Guru
membimbing siswa untuk mengenali tokoh-tokoh yang berperan dalam usaha
mempersiapkan kemerdekaan
(3) Konfirmasi
Kegiatan konfirmasi, guru:
(a)
Guru
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(b)
Guru
bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan.
c) Penutup:
Kegiatan penutup, guru:
(a) Menyimpulkan materi yang telah dipelajari
(b) Salam
dan doa.
2) Pertemuan II
Pembelajaran
IPS pada siklus I guru berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran Materi pada pertemuan kedua adalah mengenai Proklamasi
kemerdekaan Indonesia
a) Pendahuluan:
(1) Mengajak siswa bertanya jawab tentang tokoh atau pahlawan
yang ada pada gambar
(2) Menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
(3) Membahas isi lagu
“Apakah
isi lagu Indonesia raya?”
“Siapa
pencipta lagu indonesia raya?”
(4)
Menunjuk
siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan
(5)
Menjelaskan
indikator yang ingin dicapai dan tujuan pembelajaran serta kegiatan yang akan
dilakukan.
b) Kegiatan
inti:
(1) Eksplorasi
(a)
Menjelaskan
tentang jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia
(b)
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
untuk bertanya ataupun berpendapat
(c)
Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio,
atau lapangan.
(2) Elaborasi
(a)
Siswa
dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota
tiap kelompok terdiri
dari empat siswa.
(b)
Siswa
dalam kelompok berdiskusi dan memamahami materi bersama, saling mengajari
temannya satu kelompok
(c)
Siswa
dalam kelompok bekerja sama mengerjakan tugas dari guru untuk memperkuat
pemahaman mereka.
(d)
Menulis
laporan hasil diskusi kelompok dan mempresentasikan hasil kelompok dan anggota
kelompok harus berperan menjadi pembicara semua
(e)
Menanggapi
pertanyaan dari guru ataupun kelompok lain
(f)
Diskusi
kelas mengamati gambar-gambar peristiwa proklamasi
(g)
Guru
menjelaskan tmbahan materi untuk menambah pemahaman siswa.
(3) Konfirmasi
(a)
Guru
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
(b)
Guru
bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
c) Penutup:
(a)
Menyimpulkan
materi
(b)
Memberi
motivasi
(c)
Salam dan doa.
3) Pertemuan III
Pembeljaran IPS pertemuan
ketiga dengan materi Proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
a)
Pendahuluan
(1) Membangkitkan motivasi belajar siswa, guru
rnemperlihatkan gambar-gambar tokoh perjuangan, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan
sesuai materi
(2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
pengetahuannya
(3) Menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dalam pembelajaran serta kegiatan yang akan dilakukan
b)
Kegiatan
inti
(1)
Eksplorasi
(a)
Guru
menjelaskan secara singkat sesuai materi
(b)
Mengadakan
tanya jawab tentang cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan
(c)
Guru
menjelaskan cara bersikap menghargai para tokoh perjuangan
(d)
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
(e)
Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio,
atau lapangan
(2)
Elaborasi
(a) Dengan bimbingan guru, siswa mengadakan diskusi tentang
cara mengenang tokoh perjuangan kemerdekaan
(b) Secara bergantian siswa menunjukkan sikap menghargai para
tokoh perjuangan
(c) Siswa bekerja dalam kelompok dengan jumlah anggota
kelompok sebanyak empat siswa.
(d) Menanggapi pertanyaan dari kelompok lain
(e) Melakukan diskusi kelas
(f) Guru menjelaskan materi tambahan untuk menambah pemahaman
siswa
(3)
Konfirmasi
(a) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa
(b) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan
c)
Penutup
(1)
Menyimpulkan
materi yang telah dipelajari
(2)
Mengadakan
tes tertulis (uji kompetensi)
(3)
Salam
dan doa.
c. Observasi
Kegiatan observasi pada
penelitian ini adalah mengamati minat dan hasil belajar siswa.
1) Minat Siswa
Hasil
angket respon terhadap minat siswa terhadap pembelajaran IPS pada siklus I
adalah sebagai berikut:
Tabel
7
Hasil
Angket Minat Siswa.
No
|
Jumlah Jawaban Suka/Berminat
|
Kriteria
|
|
Berminat
|
Kurang Beminat
|
||
1
|
4
|
√
|
|
2
|
5
|
√
|
|
3
|
7
|
√
|
|
4
|
8
|
√
|
|
5
|
6
|
√
|
|
6
|
3
|
√
|
|
7
|
1
|
√
|
|
8
|
2
|
√
|
|
9
|
6
|
√
|
|
10
|
7
|
√
|
|
11
|
4
|
√
|
|
12
|
9
|
√
|
|
Jumlah
|
6
|
6
|
|
Persentase
|
50%
|
50%
|
|
Kriteria Berminat
|
Sedang
|
Dari
hasil angket minat yang diberikan kepada siswa diperoleh jumlah siswa yang
berminat sesuai klasifikasi yang telah ditentukan adalah sebanyak 6 (50%) siswa
dan 6 (50%) siswa yang minatnya masih kurang dari jumlah seluruh siswa yaitu 12.
Maka pada siklus I kriteria minat siswa sedang.
2) Hasil Belajar Siswa
Hasil
perhitungan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS pada siklus I adalah
sebagai berikut:
Tabel
8
Hasil
Belajar Siswa
No
|
Nama
|
Nilai
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
1
|
Beny
Saputra
|
80
|
√
|
|
2
|
Edi
Ari Setiawan
|
45
|
√
|
|
3
|
Ahmad
Ilham Solehadin
|
35
|
√
|
|
4
|
Fitri
Yuningsih
|
75
|
√
|
|
5
|
Laeli
Ngaeliyah
|
60
|
√
|
|
6
|
Melita Tri Febriani
|
50
|
√
|
|
7
|
Prasetyo
Aldi Santoso
|
75
|
√
|
|
8
|
Riyanto
|
65
|
√
|
√
|
9
|
Saiful
|
50
|
√
|
|
10
|
Solehatun
|
55
|
√
|
|
11
|
Sultonah
|
65
|
√
|
|
12
|
Fia
Restiana
|
75
|
√
|
|
Jumlah
|
730
|
6
|
6
|
|
Persentase
|
50%
|
50%
|
||
Kriteria Hasil Belajar
|
Sedang
|
|||
Rata-Rata
|
60, 83
|
|||
Nilai Terendah
|
35
|
|||
Nilai Tertinggi
|
80
|
Dari hasil kuis I yang telah
diberikan pada siswa diperoleh jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 50%
dengan kriteria sedang, yang belum tuntas belajar sebesar 50%, nilai tertinggi
80 dan nilai terendah 35, serta diperoleh rata-rata nilai siklus I sebesar
60,83.
d. Refleksi
1)
Minat
belajar Siswa
Berdasarkan
hasil angket yang diberikan kepada siswa diperoleh persentase minat pada pra
siklus sebesar 33,33% dan meningkat pada siklus I sebesar 50% siswa yang
memiliki minat terhadap pembelajaran IPS dengan kriteria sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa masih ada 50% siswa yang masih belum memiliki minat belajar
tinggi. Hal tersebut dikarenakan siswa masih perlu penyesuaian dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2)
Hasil
Belajar Siswa
Berdasarkan
hasil penilaian terhadap kuis I yang telah diberikan pada siswa, diperoleh
jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 50% atau 6 siswa, yang belum tuntas
sebesar 50% atau 6 siswa, nilai tertinggi 80, nilai terendah 35, serta
diperoleh rata-rata nilai kuis I sebesar 60, 83. Dari jumlah siswa yang tuntas
belajar maka kriteria ketuntasan hasil belajar siswa sedang. Meski sudah
menunjukkan peningkatan persentase ketuntasan belajar dari 25% menjadi 50%,
namun hasil tersebut masih dirasa belum memuaskan. Hal ini dikarenakan masih
kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, belum sepenuhnya siswa
aktif dalam diskusi kelompok, serta masih belum optimalnya peran guru dalam
membimbing siswa selama pelakanaan diskusi.
Berdasarkan hasil dari refleksi pada
siklus I, diperoleh kesimpulan bahwa minat belajar dan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan. Walaupun sudah menunjukkan peningkatan tetapi masih
perlu adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa agar memenuhi indicator
yang telah ditentukan, untuk itu penelitian dilanjutkan ke siklus II.
2.
Hasil
siklus II
a. Perencanaan
1)
Strategi pembelajaran yang digunakan
adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievment Division).
2)
Sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang menggunakan pembelajaran STAD.
3)
Media pembelajaran yaitu gambar para
tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, lembar kerja siswa (LKS) dan lembar kuis
(alat evaluasi).
4)
Lembar observasi siswa dan lembar
observasi aktivitas guru yang mengacu pada pembelajaran STAD.
5)
Lembar angket minat belajar siswa.
a. Pelaksanaan
Tindakan
1)
Pertemuan
I
Pembelajaran
IPS pada siklus II guru berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada
pertemuan pertama, guru memberikan materi tentang Jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan
kemerdekaan.
a) Kegiatan pendahuluan:
(1)
Mengecek
kesiapan siswa dan menyiapakan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
(2)
Menyanyikan lagu nasional seperti “Garuda
Pancasila”
(3)
Membahas
isi lagu dengan kegiatan tanya jawab:
(a) Apa isi lagu tersebut?
(b) ada berapa point yang terkandung dalam
pancasila?
(c) Bagaimana isi pancasila?(siswa secara
bersama-sama dan lantang menyebutkan isi pancasila)
(d) Mendeskripsikan isi pancasila
bersama-sama!
(4)
Bertanya
jawab dengan siswa mengenai tokoh-tokoh yang terlibat
dalam perang kemerdekaan
(a) Siapa saja tokoh pejuang yang kalian
ketahui?
(b) Jelaskan hal apa saja yang dilakukan tokoh
pejuang tersebut?
(5)
Guru
menjelaskan tentang indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta
kegiatan yang aka dilakukan.
b) Kegiatan inti:
(1)
Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi, guru:
(a)
Menjelaskan
penting usaha dan kerja keras para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.
(b)
melibatkan
peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran yaitu bertanya
dan menjawab pertanyaan dari guru
(c)
memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya mencari informasi dan menjawab
pertanyaan guru.
(2) Elaborasi
Kegiatan elaborasi, guru:
(a)
Guru
membentuk kelas menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok 4 siswa.
(b)
Siswa
dalam kelompok berusaha untuk mempelajari materi secara bersama-sama kemudian
mengerjakan tugas dari guru
(c)
Setiap
kelompok mendapatkan tugas berkaitan dengan materi berikut sesuai dengan tugas
yang ada dalam LKS 1 yang diberikan kepada setiap kelompok:
Ø
Memberi
tugas melakukan studi pustaka secara berkelompok üntuk mencari lembaga-lembaga
bentukan Jepang dalam persiapan mencapai kemerdekaan.
Ø
Menugaskan
siswa mendiskusikan perlunya perumusan dasar negara bagi Indonesia secara
berkelompok
Ø
Menugaskan
siswa untuk menuliskan bagaimana cara menghargai para pahlawan.
(d)
Siswa
mempresentasikan hasil diskusi (dengan memberikan kesempatan kepada beberapa
kelompok mempresentasikan hasil diskusi
(e)
Melakukan
diskusi kelas yaitu bertanya jawab berkaiatan materi untuk mengecek pemahaman
siswa (dengan cara menunjuk beberapa siswa untuk menjawab ataupun memberikan
kesempatan secara bebas kepada siswa menjawab pertanyaan dari guru)
(f)
Guru
membimbing siswa untuk mengenali tokoh-tokoh yang berperan dalam usaha
mempersiapkan kemerdekaan
(3) Konfirmasi
Kegiatan konfirmasi, guru:
(a)
Guru
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(b)
Guru
bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan.
c) Penutup:
Kegiatan penutup, guru:
a) Menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b) Member
motivasi.
c) Salam
dan doa.
2)
Pertemuan
II
Pembelajaran
IPS pada siklus II guru berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran Materi pada pertemuan kedua adalah mengenai Proklamasi
kemerdekaan Indonesia
a) Pendahuluan:
(1)
Mengajak
siswa bertanya jawab tentang tokoh atau pahlawan yang ada pada gambar
(2) Menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
(3)
Membahas
isi lagu
“Apakah
isi lagu Indonesia raya?”
“Siapa
pencipta lagu indonesia raya?”
(4) Menunjuk siswa secara acak untuk menjawab
pertanyaan
(5) Menjelaskan indikator yang ingin dicapai
dan tujuan pembelajaran serta kegiatan yang akan dilakukan
b) Kegiatan
inti:
(1) Eksplorasi
(a)
Menjelaskan
tentang jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia
(b)
melibatkan
peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran untuk bertanya
ataupun berpendapat
(c)
memfasilitasi
peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
(2) Elaborasi
(a)
Siswa
dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok 5-6 orang
setiap kelompok
(b)
Siswa
dalam kelompok berdiskusi dan memamahami materi bersama, saling mengajari
temannya satu kelompok
(c)
Siswa
dalam kelompok bekerja sama mengerjakan tugas dari guru untuk memperkuat
pemahaman mereka.
(d)
Menulis
laporan hasil diskusi kelompok dan mempresentasikan hasil kelompok dan anggota
kelompok harus berperan menjadi pembicara semua
(e)
Menanggapi
pertanyaan dari guru ataupun kelompok lain
(f)
Diskusi
kelas mengamati gambar-gambar peristiwa proklamasi
(g)
Guru
menjelaskan tmbahan materi untuk menambah pemahaman siswa.
(3) Konfirmasi
(a)
Guru
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
(b)
Guru
bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
c) Penutup:
(a)
Menyimpulkan
materi
(b)
Memberi
motivasi
(c)
Salam dan doa.
3)
Pertemuan
III
Pembeljaran IPS pada pertemuan
ketiga dengan materi Proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
a)
Pendahuluan
(1)
Membangkitkan
motivasi belajar siswa, guru rnemperlihatkan gambar-gambar tokoh perjuangan,
kemudian mengajukan beberapa pertanyaan sesuai materi
(2)
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya
(3)
Menjelaskan
indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran serta
kegiatan yang akan dilakukan
b)
Kegiatan
inti
(1)
Eksplorasi
(a)
Guru
menjelaskan secara singkat sesuai materi
(b)
Mengadakan
tanya jawab tentang cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan
(c)
Guru
menjelaskan cara bersikap menghargai para tokoh perjuangan
(d)
melibatkan
peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
(e)
memfasilitasi
peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan
(2)
Elaborasi
(a) Dengan bimbingan guru, siswa mengadakan diskusi tentang
cara mengenang tokoh perjuangan kemerdekaan
(b) Secara bergantian siswa menunjukkan sikap menghargai para
tokoh perjuangan
(c) Siswa bekerja dalam kelompok dengan jumlah anggota kelompok
sebanyak empat siswa.
(d) Menanggapi pertanyaan dari kelompok lain
(e) Melakukan diskusi kelas
(f) Guru menjelaskan materi tambahan untuk menambah pemahaman
siswa
(3)
Konfirmasi
(a) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa
(b) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
c)
Penutup
(1)
Menyimpulkan
materi yang telah dipelajari
(2)
Mengadakan
tes tertulis (uji kompetensi)
(3)
Memberi
motivasi
(4)
Salam
dan doa
b. Observasi
Kegiatan observasi pada
penelitian ini adalah mengamati minat dan hasil belajar siswa.
1) Minat
Siswa
Hasil
angket respon terhadap minat siswa terhadap pembelajaran IPS pada siklus II
adalah sebagai berikut :
Tabel
9
Hasil
Angket Minat Siswa.
No
|
Jumlah Jawaban Suka/Berminat
|
Kriteria
|
|
Berminat
|
Kurang Beminat
|
||
1
|
6
|
√
|
|
2
|
7
|
√
|
|
3
|
9
|
√
|
|
4
|
8
|
√
|
|
5
|
6
|
√
|
|
6
|
5
|
√
|
|
7
|
5
|
√
|
|
8
|
6
|
√
|
|
9
|
7
|
√
|
|
10
|
8
|
√
|
|
11
|
6
|
√
|
|
12
|
10
|
√
|
|
Jumlah
|
10
|
2
|
|
Persentase
|
83.33%
|
16.67%
|
|
Kriteria Berminat
|
Baik Sekali
|
Dari hasil angket minat yang diberikan
kepada siswa diperoleh jumlah siswa yang berminat sesuai klasifikasi minat yang
telah ditentukan adalah 10 (83,33%) siswa dan
2 (16,67%) siswa yang minat belajarnya masih kurang dari jumlah seluruh
siswa yaitu 12. Maka pada siklus II kriteria minat siswa adalah baik sekali
atau tinggi
2) Hasil
Belajar Siswa
Hasil
perhitungan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS pada siklus II adalah
sebagai berikut:
Tabel
10
Hasil
Belajar Siswa
No
|
Nama
|
Nilai
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
1
|
Beny
Saputra
|
90
|
√
|
|
2
|
Edi
Ari Setiawan
|
65
|
√
|
|
3
|
Ahmad
Ilham Solehadin
|
60
|
√
|
|
4
|
Fitri
Yuningsih
|
80
|
√
|
|
5
|
Laeli
Ngaeliyah
|
70
|
√
|
|
6
|
Melita Tri Febriani
|
65
|
√
|
|
7
|
Prasetyo
Aldi Santoso
|
75
|
√
|
|
8
|
Riyanto
|
70
|
√
|
|
9
|
Saiful
|
55
|
√
|
|
10
|
Solehatun
|
70
|
√
|
|
11
|
Sultonah
|
65
|
√
|
|
12
|
Fia
Restiana
|
75
|
√
|
|
Jumlah
|
840
|
10
|
2
|
|
Persentase
|
83.33%
|
16.67%
|
||
Kriteria Hasil Belajar
|
Baik Sekali
|
|||
Rata-Rata
|
70
|
|||
Nilai Terendah
|
55
|
|||
Nilai Tertinggi
|
90
|
Dari
hasil kuis II yang telah diberikan pada siswa diperoleh jumlah siswa yang
tuntas belajar sebesar 83,33% dengan kriteria baik sekali atau tinggi, yang
belum tuntas belajar sebesar 16,67%, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 55,
serta diperoleh rata-rata nilai pada siklus II sebesar 60,83.
c.
Refleksi
1) Minat
Siswa
Berdasarkan
hasil angket minat yang diberikan kepada siswa diperoleh jumlah siswa yang
berminat sesuai klasifikasi minat yang telah ditentukan adalah 10 (83,33%)
siswa dan 2 (16,67% ) siswa yang minat
belajarnya masih kurang dari jumlah seluruh siswa yaitu 12. Minat pada siklus
II telah mengalami peningkatan yang lebih baik dari siklus I. ini dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah prosentase siswa yang memiliki minat
belajar yaitu dari 50% (siklus I) dengan kriteria minat siswa sedang menjadi
83% (siklus II) dengan kriteria minat siswa adalah baik sekali atau tinggi. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah terbiasa
menyesuaikan diri dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, disamping itu
kinerja guru juga sudah lebih baik lagi.
2) Hasil
Belajar Siswa
Berdasarkan hasil perolehan siklus II
diperoleh jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 83,33% dengan kriteria baik
sekali atau tinggi, yang belum tuntas belajar sebesar 16,67%, nilai tertinggi
90 dan nilai terendah 55, serta diperoleh rata-rata nilai pada siklus II
sebesar 60,83. Hasil ini lebih baik dari siklus I yag ditunjukkan dengan
meningkatnya presentase ketuntasan belajar siswa dari 50% menjadi 83,33%. Hal
ini dikarenakan perhatian siswa terhadap penjelasan guru sudah lebih baik,
keaktifan siswa selama pembelajaran sudah meningkat dari siklus I, serta
kinerja guru sudah lebih baik dari siklus I.
3)
Hasil
Wawancara
Berdasarkan
dari wawancara dengan siswa yang dilakukan, bahwa sebagian besar siswa menyukai
pembelajaran IPS melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut
para siswa bahwa belajar dengan bekerja sama dalam kelompok itu menyenangkan
dan lebih mudah dalam mempelajarai dan memahami materi yang tentunya dibantu
bimbingan guru. Dari rasa suka siswa terhadap pembelajaran IPS maka minat
belajar pada mata pelajaran IPS juga meningkat.
Berdasarkan hasil dari refleksi pada
siklus II, diperoleh kesimpulan bahwa minat belajar dan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan. Peningkatan minat dan hasil belajar dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan minat belajar siswa mencapai
83,33% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu
75%. Dengan tercapainya indikator keberhsilan tersebut maka penelitian ini
dihentikan pada siklus II.
B. Pembahasan
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari siklus I sampai dengan siklus
II sebagai berikut:
1. Minat
Belajar Siswa
Data minat belajar siswa diperoleh dengan memberikan
lembar angket kepada siswa. Berikut perkembangan minat belajar siswa dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel
11
Hasil
Minat Belajar Siswa
Keterangan
|
Berminat
|
Kurang Berminat
|
Kriteria Minat
|
||
Jumlah
|
Persentase
|
Jumlah
|
Prosentase
|
||
Pra Siklus
|
4
|
33.33%
|
8
|
66.67%
|
Sedang
|
Siklus I
|
6
|
50%
|
6
|
50%
|
Sedang
|
Siklus II
|
10
|
83.33%
|
2
|
16.67%
|
Baik Sekali/Tinggi
|
|
|
Gambar
2: Grafik Minat Belajar Siswa
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa minat
belajar siswa meningkat dari silkus I ke siklus II. Hal ini dikarenakan siswa
sudah mulai percaya diri terhadap kemampuanya dalam menyampaikan pendapat
(berinisiatif), siswa sudah banyak yang memperhatikan penjelasan guru dan
mengikuti pelajaran dengan baik, siswa sudah merespon pertanyaan baik dari guru
maupun pertanyaan temannya, siswa sudah mau bertanya pada guru tentang materi
yang dianggap kurang jelas, siswa juga mengerjakan sendiri tiap soal yang ada.
2. Hasil
Belajar Siswa
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa,
peneliti menggunakan kuis yang dibagikan kepada siswa disetiap akhir siklus.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 12
Perkembangan Hasil Belajar Siswa
Siklus
|
Persentase
|
Kriteria
|
Pra Siklus
|
25 %
|
Kurang
|
Siklus I
|
50%
|
Sedang
|
Siklus II
|
83.33%
|
Baik Sekali
|
Ketuntasan
belajar siswa sebelum tindakan/pra siklus sebanyak 25%, pada siklus I diperoleh
50%, sedangkan pada siklus II sebanyak 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa dari
sebelum ada tindakan ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II hasil belajar
siswa meningkat. Hal ini dikarenakan minat belajar siswa semakin lebih baik
dari tiap siklusnya, serta guru juga sudah menguasai model pembelajaran
koopertaif tipe STAD.
Hasil
perolehan ketuntasan belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat disajikan dalam gambar berikut ini.
Gambar 3: Grafik perkembangan ketuntasan belajar
siswa.
Berdasarkan uraian
diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Devision)
dapat meningkatkan minat belajar siswa, dengan meningkatnya minat belajar siswa
maka meningkat pula hasil belajar siswa kelas V SDN 02 Sumberejo Wonosobo.
3. Hasil
Wawancara
Wawancara dengan guru dilakukan sebeum dilakukan
penelitian dan wawancara dengan siswa dilakukan baik sebelum dan sesudah
dilakukan penelitian. Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa sebelum
dilakukan penelitan dapat disimpulkan bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran
IPS masih sangat rendah atau kurang, hal tersebut disebabkan karena materi yang
terlalu banyak sedangkan waktu terbatas, terciptanya suasana belajar yang
menyenangkan masih kurang. Setelah dilakukan penelitian peneliti melakukan
wawancara dengan siswa untuk mengetahui apakah minat siswa dapat meningkat
siswa mengikuti pelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Dari wawancara dihasilkan bahwa siswa mulai menyukai pembelajaran IPS melalui
strategi pembelajaran STAD, dari hasil wawancara dengan siswa yang dilakukan
peneliti maka dapat disimpulkan bahwa rasa suka terhadap pembelajaran IPS
meningkat dan dengan adanya rasa suka tersebut maka minat siswa terhadap
pembelajaran meningkat setelah dilakukannya strategi pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
|
SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Minat belajar
siswa selama pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievment
Divisions) berdasarkan pada angket minat mengalami peningkatan dari pra
siklus ke siklus I dan siklus I ke siklus II, hal tersebut ditunjukkan dengan
kenaikan perolehan persentase minat pada pra siklus sebesar 33,33% dengan
kriteria kurang, siklus I sebesar 50% dengan kriteria sedang dan pada siklus II
sebesar 83,3% dengan kriteria baik sekali/tinggi.
2.
Minat belajar
siswa juga akan berpengaruh pada hasil belajarnya, jika minat siswa meningkat
maka hasil belajar juga akan meningkat. Hasil
belajar siswa mengalami peningkatan dari pra siklus ke sklus I dan
siklus I ke siklus II, hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan persentase pada pra siklus sebesar
25% dengan kriteria kurang, siklus I sebesar 50% dengan kriteria sedang, dan
siklus II diperoleh 83,33% dengan kriteria baik sekali.
B. Saran
|
1.
Agar minat
belajar siswa meningkat maka penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
menjadi alternatif untuk digunakan oleh guru dalam pembelajarannya.
2.
Agar
pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat meningkat, sebaiknya guru mengembangkan
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
C. Rekomendasi
Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran dapat digunakan tidak hanya pada mata pelajaran IPS, akan tetapi
dapat digunakan untuk pembelajaran bidang studi yang lain dalam rangka
meningkatkan minat belajar siswa serta menciptakan pembelajaran yang efektif,
bermakna dan menyenangkan.
Daftar
Pustaka
Agus Suprijono.
2011. Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi Paikem.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Djaali.
2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Etin Solihatin
dan Raharjo. 2008. Cooperatif Learning
Analisis Model
Pembelajaran IPS.
Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni.
2009. Pembelajaran kooperatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nana Sudjana.
2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung.
Sinar
Baru Algensindo
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran.
Bandung: PT
Remaja
Rosdakarya.
Slameto.
2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Slavin, Robert.
2011 (penerjemah: Narulita Yusron. 2005). Cooperatif
Learning
Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY
Press
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi
Arikunto dkk. 2009. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2010. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta
Tasrif.
2008. Pengantar Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Yogyakarata.
Genta Press.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wina Sanjaya.
2010. Strategi pembelajaran Berorientasi
Standar Proses
Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Yatim Riyanto. 2001. Metodologi
Penelitian. Surabaya: SIC.
trimakasih ptknya sangat membantu semoga bermanfaat
BalasHapusalhamdulillah....amin.
BalasHapusMembaca PTKnya saya jadi banyak referensi. Terima kasih
BalasHapusterimakasih ptknya sngat membantu. oya bagaimana cara melihat rumus2 yg mas cantumkan ya? karna tdk trlihat rumus2 dan grafiknya.
BalasHapusterima kasih bapak. sangat membantu saya yang kesulitan dengan bab 3.
BalasHapus